Kearifan Lokal Papua Barat Daya

CERITA Mama Dortea Kareth, Penjaga Tradisi Korek Api Tradisional Suku Afsya di Sorong Selatan

Menurutnya, kearifan lokal seperti ini semestinya dimasukkan dalam pelajaran muatan lokal di sekolah-sekolah, agar tidak punah ditelan zaman.

Penulis: Safwan | Editor: Petrus Bolly Lamak
TRIBUNSORONG.COM/SAFWAN ASHARI
KOREK API TRADISIONAL - Dortea Kareth (63) seorang perempuan Papua dari Suku Afsya di Kampung Bariat, Distrik Konda, Kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat Daya, yang hidup mandiri bergantung dengan alam, Rabu (14/5/2025).(tribunsorong.com/safwan ashari) 

TRIBUNSORONG.COM, TEMINABUAN - Dortea Kareth (63) seorang perempuan Papua dari Suku Afsya yang tinggal di Kampung Bariat, Distrik Konda, Kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat Daya, hidup mandiri dengan mengandalkan alam di sekitarnya.

Baca juga: Bupati Petronela Krenak Dukung Penuh Sepak Bola Sorong Selatan

Salah satu bentuk kecintaannya terhadap alam ditunjukkan lewat pelestarian tradisi membuat korek api secara tradisional, memanfaatkan sumber daya alam (SDA) yang tersedia di kampungnya.

"Tradisi memanfaatkan alam ini sudah ada sejak dulu. Mama diajarkan langsung oleh orang tua sejak masih muda sekali," ujar Dortea kepada TribunSorong.com, Rabu (14/5/2025).

Baca juga: Tak Ada Lagi Alasan Putus Sekolah: Sorong Selatan Luncurkan Program Pendidikan Gratis

Ilmu membuat korek api tradisional itu diwarisi turun-temurun oleh keluarganya. 

Namun, Dortea mengungkapkan keprihatinannya karena saat ini banyak generasi muda yang tidak lagi mengetahui, apalagi mempraktikkan keterampilan tersebut.

Menurutnya, kearifan lokal seperti ini semestinya dimasukkan dalam pelajaran muatan lokal di sekolah-sekolah, agar tidak punah ditelan zaman.

"Padahal membuat korek api tradisional itu cukup sederhana, hanya saja perlu ketelitian saat proses pembuatannya," jelasnya.

Korek api tradisional yang dalam bahasa lokal dikenal dengan nama Pidi, dibuat menggunakan bahan-bahan alami seperti bambu, serbuk pohon gagar, daun pisang, dan pecahan beling. 

Proses pembuatannya bisa memakan waktu lebih dari satu hari, tergantung pada cuaca dan waktu penjemuran bahan.

Baca juga: Bupati Sorong Selatan Dukung Gala Karya Indonesia, Tekankan Sportivitas dan Persatuan

Sayangnya, Pidi kini mulai ditinggalkan. Anak-anak muda di Distrik Konda lebih memilih korek api gas yang mudah didapat di pasar atau kios.

Dortea berharap agar warisan leluhur ini tidak dilupakan. 

Ia menginginkan agar pengetahuan tentang Pidi terus diajarkan kepada generasi muda, sebagai bentuk pelestarian budaya Suku Afsya di Sorong Selatan.

"Ilmu seperti ini harus dijaga dan diwariskan. Ini bagian dari identitas kita sebagai orang Papua dan Suku Afsya," pungkasnya. (tribunsorong.com/safwan ashari)

Sumber: TribunSorong
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved