Hari Kebangkitan Nasional 2025

10 Puisi Bertema Hari Kebangkitan Nasional 2025, Bikin Harkitnas 117 Makin Bermakna

Berikut 10 puisi bertema Hari Kebangkitan Nasional 2025 yang dapat dibagikan langsung di peringatan Harkitnas 117. 

|
Editor: Intan
Freepik
HARI KEBANGKITAN NASIONAL - Ilustrasi Hari Kebangkitan Nasional diunduh dari Freepik, Senin 19 Mei 2025. 10 puisi bertema Hari Kebangkitan Nasional 2025 yang dapat dibagikan langsung di peringatan Harkitnas 117.  

TRIBUNSORONG.COM - Berikut 10 puisi bertema Hari Kebangkitan Nasional 2025 yang dapat dibagikan langsung di peringatan Harkitnas 117. 

Masyarakat Indonesia akan memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) ke-117 pada  Selasa 20 Mei 2025.

Harkitnas diperingati berbarengan dengan tanggal berdirinya Boedi Oetomo.

Lahirnya organisasi Boedi Oetomo atau Budi Utomo tersebut dianggap sebagai awal bangkitnya nasionalisme dan gerakan masyarakat Indonesia dalam melawan penjajahan.

Baca juga: Link Teks Pidato Sambutan Menkomdigi dalam Upacara Hari Kebangkitan Nasional 2025, Amanat Harkitnas

Baca juga: 50 Link Twibbon Hari Kebangkitan Nasional 2025 Desain Menarik, Bikin Harkitnas Semakin Bermakna

HARKITNAS - Ilustrasi Hari Kebangkitan Nasional Ke-117 Tahun 2025 diambil dari Feepik pada Senin (19/5/2025).
HARKITNAS - Ilustrasi Hari Kebangkitan Nasional Ke-117 Tahun 2025 diambil dari Feepik pada Senin (19/5/2025). (Freepik)

Secara nasional tema Harkitnas 2025 adalah "Bangkit Bersama Wujudkan Indonesia Kuat".

Berbagai cara dilakukan masyarakat untuk memperingati Harkitnas, satu di antaranya adalah dengan membagikan puisi di media sosial. 

Kumpulan Puisi Bertema Hari Kebangkitan Nasional 2025

1. Kebangkitan yang Tak Pernah Padam

Di balik bayang penjajahan yang kelam,
Bangkit suara rakyat, nyaring dan tajam.
Budi Utomo jadi cahaya awal,
Membakar jiwa, melawan segala sekat sosial.

Bukan sekadar tanggal di kalender,
Namun nyala semangat yang tak luntur.
Darah muda, penuh cita dan asa,
Menyulam harapan di tengah derita bangsa.

Kini tugas kita meneruskan bara,
Membakar malas, lawan putus asa.
Karena kebangkitan bukan sekali,
Ia hidup dalam hati, terus menari.

2. Seruan dari Masa Silam

Dari ruang kelas tua di zaman kolonial,
Terbit kesadaran akan harga diri nasional.
Anak-anak muda menulis sejarah,
Bukan dengan tinta, tapi dengan darah dan marwah.

Mereka bangkit bukan karena dipaksa,
Tapi karena cinta yang murni pada bangsa.
Kini kita mewarisi semangat itu,
Bukan untuk diam, tapi terus melaju.

3. Indonesia, Engkau Terbangun

Indonesia, engkau terbangun dari tidur panjang,
Ketika anak-anakmu bersatu dalam langkah gemilang.
Tak lagi terpecah oleh ras atau kasta,
Namun bersatu dalam semangat merdeka.

Kebangkitanmu adalah panggilan,
Untuk generasi yang ingin perubahan.
Tak hanya mengenang masa lalu,
Tapi mencipta masa depan yang baru.

4. Nyala di Dalam Dada

Ada nyala di dalam dada,
Yang tak padam meski zaman berganti rupa.
Itulah nyawa dari kebangkitan,
Yang hidup dalam kerja dan pengorbanan.

Bukan hanya tentang melawan penjajah,
Tapi juga menaklukkan malas dan gelisah.
Membangun negeri dari reruntuhan,
Menjadikannya rumah untuk harapan.

5. Jejak yang Kita Ikuti

Jejak para pendahulu tak pernah menghilang,
Ia menjadi penuntun di setiap langkah panjang.
Dari Boedi Oetomo hingga Sumpah Pemuda,
Semua adalah bukti semangat bangsa tak mudah sirna.

Hari ini kita bukan hanya pewaris,
Tapi penerus dengan tugas yang jelas.
Membawa Indonesia menuju terang,
Dengan ilmu, kerja, dan semangat juang.

6. Suara dari Tanah Air

Tanah ini pernah diam,
Tertindas, terjajah, dan tenggelam.
Tapi dari diam itu lahir nyanyian,
Tentang kebangkitan, tentang perjuangan.

Kini tanah ini bernyanyi merdu,
Dengan harmoni dari Sabang sampai Merauke yang bersatu.
Kita adalah nadanya,
Penerus nada yang tak boleh patah.

Baca juga: 105 Quotes Hari Kebangkitan Nasional 2025 Penuh Makna, Kobarkan Nasionalisme, Cocok Dibagi di Medsos

7. Tinta Merah Sejarah

Sejarah bukan sekadar tulisan,
Ia adalah jerih payah dan pengorbanan.
Hari Kebangkitan Nasional bukan seremoni,
Tapi momen untuk refleksi dan aksi.

Budi Utomo hanyalah awal,
Tugas kita menjadikannya gema yang kekal.
Bangkit bukan hanya untuk hari ini,
Tapi untuk esok yang kita ciptakan sendiri.

8. Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Jiwa

Kita lahir dari tanah yang sama,
Disusui dari air yang tak beda rasa.
Saat hati bersatu, bangsa tak mudah runtuh,
Saat semangat menyatu, harapan jadi peluh.

Hari kebangkitan adalah pengingat,
Bahwa negeri ini berdiri karena semangat kuat.
Mari satukan langkah dan cita,
Untuk Indonesia yang lebih mulia.

9. Bukan Sekadar Hari

Ini bukan sekadar hari bersejarah,
Tapi momentum untuk melangkah gagah.
Membangkitkan jiwa yang nyaris padam,
Menghidupkan mimpi yang sempat tenggelam.

Mari jadi generasi yang melek sejarah,
Yang tak lupa asal usul tanah darah.
Bangkit, bukan hanya diucap,
Tapi dijalani, dalam setiap tahap.

10. Api Itu Masih Menyala

Api itu masih menyala,
Di dada-dada mereka yang mencinta.
Kebangkitan bukan cerita lama,
Tapi nadi yang masih berdetak hingga senja.

Kita tak lagi melawan penjajah bersenjata,
Tapi melawan ketidakpedulian yang nyata.
Mari kobarkan kembali semangat bangsa,
Agar Indonesia tetap berjaya di kancah dunia.

Hari Kebangkitan Nasional

Harkitnas memiliki kaitan sejarah panjang dengan organisasi Gerakan Boedi Oetomo.

Dikutip dari Kemendikbud.go.id, pada waktu itu, anggota Boedi Oetomo terdiri dari kalangan atas suku Jawa dan Madura.

Kemudian pada 1915, Gerakan Boedi Oetomo mulai bergerak di bidang politik.

Gerakan Boedi Oetomo dikenal sebagai gerakan nasionalisme yang memiliki karakteristik di bidang politik yang disebabkan oleh berlangsungnya Perang Dunia I.

Terbentuknya Gerakan Boedi Oetomo dilatarbelakangi oleh keprihatinan sejumlah mahasiswa dengan nasib bangsa yang sudah 300 tahun lebih dijajah Belanda.

Mahasiswa-mahasiswa tersebut berasal dari sekolah STOVIA School Tot Opleiding Van Indlandsche Arsten).

STOVIA merupakan sekolah kedokteran Bumi Putera yang saat itu di pimpin oleh Dr HF Roll.

Awalnya, pembentukan Gerakan Boedi Oetomo dicetuskan oleh Wahidin Soedirohoesodo dan Soetomo.

Wahidin Soediro Hoesodo adalah seorang dokter lulusan Sekolah Dokter Jawa (dulu kampusnya terletak dekat Rumah Sakit Militer Weltervreden yang sekarang menjadi RSPAD Gatot Subroto) memiliki peranan penting dalam proses berdirinya Boedi Oetomo.

Dr. Wahidin prihatin melihat kondisi masyarakat yang tidak mampu dan kesulitan biaya sehingga tidak dapat merasakan pendidikan formal dan melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi. 

Ia memberikan wejangan di hadapan para pelajar STOVIA mengenai pentingnaya pendidikan sebagai sarana untuk membebaskan diri dari keterbelakangan.

Kemudian pada 20 Mei 1908, di ruang Kelas Anatomi STOVIA, diselengarakan pertemuan dan menghasilkan terbentuknya organisasi Boedi Oetomo dengan Ketua R Soetoemo, Wakil Ketua M Soelaiman, Sekretaris I Soewarno, Sekretaris II M Goenawan Mangoenkoesoemo, dan Bendahara R Angka.

Setelah kemunculan gerakan Boedi Oetomo, tercatat ada beberapa organisasi dan partai politik lahir setelah kemunculan Boedi Oetomo.

Boedi Oetomo dianggap menjadi pemicu kesadaran para tokoh pergerakan nasional untuk mulai berjuang dengan cara berorganisasi.

Sejak saat itu, kelahiran dan perkembangan nasionalisme Indonesia semakin memperlihatkan bentuk nasionalisme yang nyata.

Nasionalisme dapat mewujudkan Perhimpunan Indonesia (PI) dan partai-partai politik yang menyusulnya, salah satunya partai politik Parindra.

Kemudian sejak 1959, tanggal 20 Mei ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional, disingkat Harkitnas, dan ditetapkan oleh pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959 untuk memperingati peristiwa Kebangkitan Nasional Indonesia.

(Tribunnews.com/Oktavia WW)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Kumpulan Puisi untuk Merayakan Hari Kebangkitan Nasional ke-117 Tahun 2025

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved