TRIBUNSORONG.COM, SORONG - Ratusan umat Katolik Paroki Santo Arnoldus Janssen, Malanu, Kota Sorong, Papua Barat Daya menyaksikan drama Jalan Salib memperingati Jumat Agung Wafat Isa Al Masih, Jumat 18/4/2025).
Ini menjadi momen refleksi mendalam atas sengsara dan wafat Yesus Kristus menjelang Paskah.
Baca juga: Apa Arti Kata Jumat Agung? Berikut Penjelasan Perbedaannya dengan Kamis Putih dan Paskah
Drama yang diperankan kaum muda paroki dimulai sejak pukul 09.00 WIT di lingkungan Gereja Katolik Paroki St. Arnoldus Janssen, Malanu.
Para pemeran juga mengenakan kostum ala prajurit Roma, membangkitkan kisah kekejaman penyiksaan terhadap Yesus Kristus, mulai dari saat dijatuhi hukuman mati hingga tubuh-Nya diturunkan dari salib.
Baca juga: 20 Link Gambar Poster Paskah 2025 Menarik dan Penuh Warna, Bikin Momen Makin Bermakna
Umat mulai anak-anak, pemuda, hingga dewasa larut dalam suasana khidmat, bahkan tidak sedikit yang meneteskan air mata selama drama yang berlangsung di 12 pemberhentian.
Dimulai dari pemberhentian pertama, di mana Yesus dijatuhi hukuman mati, umat disuguhkan adegan pengadilan yang menggambarkan ketidakadilan dunia.
Ketegangan terasa saat suara massa menuntut penyaliban, yang mana Yesus menerima keputusan dengan pasrah.
Pada pemberhentian kedua, Yesus memanggul salib-Nya yang menggambarkan bagaimana beban salib bukan hanya kayu, melainkan lambang dosa umat manusia.
Saat Yesus jatuh pertama kali (pemberhentian Ketiga), para pemeran sukses menyampaikan realitas kelemahan manusia, tubuh-Nya roboh, namun semangat kasih membuat-Nya bangkit.
Pemberhentian keempat, perjumpaan Yesus dan Maria, menjadi momen paling emosional.
Baca juga: 30 Pantun Hari Paskah 2025 Penuh Makna, Sampaikan Pesan Rohani, Peringati Kebangkitan Yesus Kristus
Air mata sang ibu, tatapan penuh cinta tanpa kata, membuat banyak umat terisak dalam diam.
Ketika Simon dari Kirene membantu memanggul salib di Perhentian Kelima, umat diingatkan untuk saling menolong dalam penderitaan, menjadi sahabat sejati dalam Kristus.
Pemberhentian keenam menampilkan Veronica yang dengan berani menyeka wajah Yesus.
Baca juga: 40 Link Twibbon Paskah 2025 Penuh Warna dan Makna, Cocok Dibagikan di Media Sosial
Adegan ini menggarisbawahi kekuatan kasih dalam tindakan kecil yang penuh belas kasih.
Yesus jatuh untuk kedua kali pada pemberhentian ketujuh, luka dan darah semakin nyata, namun langkah-Nya tidak berhenti.
Di pemberhentian kedelapan, Yesus berbicara kepada perempuan-perempuan Yerusalem.
Pemeran dengan suara lirih dan penuh penghayatan menyampaikan pesan Yesus: “Jangan menangisi Aku, tetapi tangisilah dirimu dan anak-anakmu.”
Pemberhentian kesembilan memperlihatkan kejatuhan Yesus untuk ketiga kalinya.
Di sini umat diajak merenung, seberapa sering kita jatuh dalam dosa, namun tetap diberi kesempatan untuk bangkit.
Pada pemberhentian ke-10, Yesus ditelanjangi yang menggambarkan kehinaan total yang ditanggung demi manusia, menanggalkan segala kemuliaan-Nya.
Baca juga: HUT Ke-21 Paroki Santo Arnoldus Janssen: Bersyukur, Mempererat Persaudaraan, dan Menatap Masa Depan
Yesus dipaku di salib dalam pemberhentian ke-11. Jeritan menyayat saat tangan dan kaki-Nya dipakukan membuat seluruh area terdiam dalam kesedihan mendalam.
Terakhir, pemberhentian ke-12, Yesus wafat di kayu salib.
Saat salib ditinggikan dan Yesus berseru, “sudah selesai,” lalu umat berdiri dan berdoa bersama dalam suasana hening. (tribunsorong.com/angela cindy)