Wisata Papua Barat Daya
Tiga Budaya Turun Temurun di Papua Barat Daya
Papua Barat Daya memiliki sejumlah fakta unik soal potensi sumber daya alam yang melimpah, destinasi wisata hingga kebudayaannya.
Penulis: Misael Membilong | Editor: Milna Sari
TRIBUNSORONG.COM, SORONG - Kehadiran Provinsi Papua Barat Daya sebagai wilayah pemekaran termuda di Indonesia tentu punya sederet fakta yang mengagumkan.
Provinsi baru ini mencakup Kota Sorong sebagai ibu kota, lalu ada Kabupaten Sorong, Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Raja Ampat, Kabupaten Tambrauw, dan Kabupaten Maybrat.
Papua Barat Daya memiliki sejumlah fakta unik soal potensi sumber daya alam yang melimpah, destinasi wisata hingga kebudayaannya.
Lantas, apa saja daya tarik kebudayaan di Papua Barat Daya?
Tribuners, ini dia tiga Budaya yang masih terpellihara dan dilakukan sampai hari ini.
1. Kain Timor
Kain Timor atau kain timur adalah kain tenun yang berasal dari luar Papua, terutama dari Kepulauan Maluku dan Nusa Tenggara.
Kain tenun khas timor ini oleh para pedagang dipakai sebagai alat tukar dengan orang Papua.
Khusunya masyarakat asli yang mendiami wilayah kepala burung Papua (Semenanjung Domberai) sejak abad ke 16 - 17.
Komoditi yang dipertukarkan adalah seperti budak, burung cendrawasih, dan kayu mesoyi serta hasil hutan lainnya.

Orang-orang di barat daya Papua sekarang dapat menenun kain Timor mereka sendiri, dan penggunaannya telah meluas hingga mencakup simbol status, mahar, denda adat, dan prosesi adat.
Beberapa suku masih menggunakan kain Timor hingga saat ini, seperti suku Moi dan Maybrat.
Suku Karon membagi kain timur menjadi 12 kategori berdasarkan nilai dan peringkat menurut cerita asalnya serta pola dan simbol dekoratifnya.
Selain itu kain timur juga terbagi menjadi dua jenis yaitu kain timur dan kain timur te on.
Kain timur pertama dianggap sakral dan semakin tua kain tersebut, semakin tinggi nilai kain tersebut dan sebagai pusaka turun-temurun.
Biasanya hanya dapat berpindah tangan di bawah aturan yang ketat dan hanya untuk kain yang memiliki grade yang sama.
Pada saat yang sama, kain tenun Timor dapat digunakan sebagai media pertukaran dan perdagangan, hadiah antar teman dan alat upacara.
2. Upacara Sasi
Sasi adalah upacara adat yang hanya dapat temukan di Maluku dan Papua.
Sasi adalah larangan mengambil hasil alam di suatu lokasi tertentu untuk jangka waktu tertentu, misalnya satu tahun.
Di penghujung waktu sasi, diadakan upacara buka sasi dimana masyarakat memanen hasil laut di area sasi untuk dijual.
Sasi adalah bentuk pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan.
Beberapa daerah di mana sasi dipraktikkan antara lain Raja Ampat dan Sorong.
Sasi diawali dan diakhiri dengan upacara adat dan doa bersama di gereja.
Beberapa produk alami yang cocok dengan sasi adalah teripang, lobster, dan ikan.
Masyarakat adat bekerja sama dengan kelompok konservasi seperti WWF Indonesia dan Yayasan Pelestarian Alam Nusantara (YKAN) untuk memantau kawasan sasi sehingga dapat mengambil kesimpulan kapan sasi dibuka dan hasil sasi apa yang bisa diambil agar tidak merusak alam.
Semua masyarakat boleh mengambil hasil sasi setelah acara buka sasi asalkan mematuhi aturan yang telah disepakati seperti ukuran minimal yang boleh diambil.
3. Suling Tambur
Suling Tambur adalah kesenian tarian masyarakat Raja Ampat dengan menggunakan dua alat musik yaitu suling dan tambur (gendang).
Tarian ini dilakukan secara berkelompok pada acara-acara tertentu seperti pernikahan dan pesta adat.

Suling tambur kini dimainkan pada acara-acara besar lainnya untuk menambah suasana.
Awalnya gendang terbuat dari kulit ikan pari atau hiu, namun kini telah diganti dengan kulit kambing atau rusa.
Seruling terbuat dari bambu. Sejak 2017, Kabupaten Raja Ampat menggelar Festival Suling Tambur setiap tahun untuk merayakan budaya ini.
Festival tersebut merupakan kompetisi antara sekelompok musisi, dengan peserta yang mengenakan kostum tradisional.
Selain di Papua Barat Daya, Suling Tambur juga dapat di temui di wilayah Provinsi Papua yaitu Kota dan Kabupaten Jayapura.
Nah, Tribuners itu tadi tiga kebudayaan yang sejak dari dulu masih dilestarikan di Papua Barat Daya.
So, jika berkesempatan ke Papua Barat Daya jangan lupa saksikan aksi Suling Tambur di Festival Bahari Raja Ampat dan Upacara Sasi di Festival Egek atau Membeli Kain Timor sebagai oleh-oleh di Pasar Remu Kota Sorong.(tribunsorong.com/misael membilong)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.