Arti Kata
Apa Arti Kata Asian Value? Istilah Viral di Twitter X Berawal dari Podcast Total Politik
Berikut arti kata Asian Value, istilah viral di Twitter berawal dari podcast Total Poitik.
TRIBUNSORONG.COM - Berikut arti kata Asian Value, istilah viral di Twitter berawal dari podcast Total Poitik.
Baru-baru ini medsos dibuat heboh dengan istilah Asian Value yang menjadi sorotan di Twitter.
Istilah ini muncul saat Arie Putra menyinggung kegeraman Pandji Pragiwaksono soal dinasti politik.
Sejalan dengan viralnya video tersebut, istilah Asian Value juga disebut oleh sejumlah politikus Indonesia untuk menanggapi sejumlah isu.
Lantas apa sebenarnya arti dari Asian Value?

Baca juga: Apa Arti Kata Language Delay? Gangguan Bicara yang Dialami Anak, Beda dengan Speech Depay
Obrolan Panji Pragiwaksono dan Arie Putra:
"Kenapa lu agak sensi soal politik dinasti? Kan itu kan hak warga negara bang," ujar Arie.
Mendengar hal itu, komika yang juga salah satu founder Standup Comedy Indonesia (Standupindo) langsung kesal dan menanyakan balik pendapat Arie.
"Pfft, (are) you saying this? Arie Putra saying this?" desak Pandji.
Arie mengelak dan menjawab dinasti politik pernah digugat ke Mahkamah Konstitusi (MK) dan diterima. Menurutnya setiap warga negara berhak maju dalam pemilihan.
Pandji kemudian mendesak pendapat pribadi atau opini Arie soal dinasti politik.
“Gua asian value, human rights,” jawab Arie.
Lantas, apa itu Asian Value?
Apa itu Asian Value?
Dikutip dari Britannica, Asian Value merupakan serangkaian nilai-nilai politik sebagai alternatif terhadap nilai-nilai yang dibawa politik Barat.
Asian value yang berkembang di Asia Timur serta Asia Tenggara di antaranya disiplin, kerja keras, berhemat, pencapaian akademik, penghormatan terhadap otoritas, serta keseimbangan kebutuhan individu dan masyarakat.
Sementara nilai-nilai politik Barat seperti hak asasi manusia (HAM), demokrasi, dan kapitalisme.
Asian value mulai diperkenalkan pada akhir abad ke-20 oleh sejumlah pemimpin negara dan cendikiawan di Asia seiring berkembangnya perekonomian negara-negara Asia khususnya di Asia Timur dan Asia Tenggara.
Nilai-nilai dunia Barat yang mengandung nilai individualisme dan legalisme, dinilai tidak cocok oleh mayoritas masyarakat di negara-negara di Asia dan cenderung dinilai mengancam dinamisme ekonomi dan tatanan sosial.
Di kalangan orang-orang Asia, Asian value sering dikaitkan dengan disiplin, kerja keras, kesederhanaan, pencapaian akademik, keseimbangan kebutuhan individu dan masyarakat, dan hormat pada otoritas berkuasa.
Namun di sisi lain, pada pencapaian prestasi pertumbuhan ekonomi, hal itu sering diterangai dipertahankan demi kepentingan dari rezim otoriter yang berkuasa di Asia.
Baca juga: Apa Arti Kata NPD? Gangguan Kepribadian Merasa Diri Paling Penting, Sosok Manipulatif Penuh Dengki
Kritik soal Asian Value
Kritik soal Asian Value pernah diterbitkan dalam European Journal of Humanities and Social Sciences (EJ-SOCIAL) dalam penelitian berjudul Corruption and Asian Values: A Cultural Approach to Understand Corruption within Asian Society.
Penelitian yang disusun Yuniarti dan Rendy Wirawan mengkritik Asian value atau nilai-nilai Asia jawab dalam membentuk masyarakat yang korup dalam struktur sosial Asia.
Nilai-nilai Asia menciptakan masyarakat komunitarian yang menghormati ketertiban, otoritas, kekeluargaan dan hubungan.
Asian value disalahartikan dan diremehkan oleh masyarakat demi keuntungan pribadi.
"Ada dua dimensi yang mungkin dikontribusikan oleh Asian value terhadap terbentuknya masyarakat yang korup, yaitu dimensi politik dan sosial. Dalam politik, sistem politik dan warisan sejarahnya tampaknya berperan penting dalam membentuk masyarakat yang korup," tulis peneliti.
Di sisi lain, dalam arsitektur sosial, nilai-nilai Asia sendiri membiasakan masyarakat Asia untuk melakukan praktik korupsi dalam aktivitas sehari-hari.
Penelitian tersebut bertujuan untuk memverifikasi bahwa nilai-nilai Asia berfungsi sebagai elemen utama dalam membentuk perilaku koruptif dalam masyarakat Asia.
Sementara merujuk Jurnal Sosio Dialektika, Asian Values muncul pada sekitar tahun 1990-an yang berprinsip terhadap kolektivisme, atau paham untuk menyatukan orang demi kepentingan ekonomi dan sosial mereka.
Konsep tersebut kemudian diadaptasi oleh Perdana Menteri Malaysia 1981-2003 Mahathir Mohamad dan Perdana Menteri Singapura 1959-1990 Lee Kuan Yew.
Popularitas Asian Values tersebut kemudian memudar setelah adanya krisis keuangan Asia tahun 1997.
Baca juga: Apa Arti Kata Sokab, TBH, Manifesting, Dejavu? Bahasa Gaul Viral di Medsos, Perhatikan Konteksnya
Ciri Asian Values
Profesor dari Murdoch University Richard Robison dalam tulisannya yang berjudul The Politics of ‘‘Asian Values’’ menerangkan, setidaknya ada lima ciri dari Asian Values atau Nilai-nilai Asia tersebut.
Ciri-ciri pertama, yakni titik tumpu kebersamaan bukan pada negara ataupun individu, melainkan pada keluarga masing-masing.
Selanjutnya, ciri-ciri kedua yaitu kepentingan kelompok atau komunitas lebih utama daripada kepentingan perorangan.
Ketiga, keputusan politik dicapai melalui konsensus dan bukan pada konfrontasi dalam lembaga-lembaga perwakilan rakyat.
Kemudian, ciri Asian Values keempat adalah harmoni hidup bersama merupakan prioritas yang dijaga dan diusahakan oleh negara dengan kuat sesuai prinsip-prinsip moral.
Ciri kelima atau terakhir, pembangunan serta pertumbuhan merupakan hak tiap warga dan negeri yang hanya bisa dicapai dalam harmoni hidup bersama di bawah pemerintahan kuat.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Apa Itu Asian Value yang Ramai di Medsos, Sejarah, dan Tokohnya?"
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.