Hikmah Ramadan 2025

Merawat Kemabruran Puasa bagian 16: Dari Khauf ke Khasyyah

Ikhauf dan khasyah dapat diartikan dengan takut di dalam bahasa Indonesia, tetapi di dalam Bahasa Arab, keduanya dapat dibedakan pengertiannya.

Editor: Jariyanto
FREEPIK
TAKUT - Ilustri pria menutup muka menggunakan tangan karena takut. Di dalam Bahasa Arab, ada kosa kata yang menunjukkan perbedaan sikap. Jika ingin selamat dari objek yang ditakuti dalam kata kauf, maka kita harus menjauhi objek itu. Contohnya, jika ingin selamat dari harimau atau tsunami jauhi objek itu, karena jika dekat maka terancam bahaya mematikan. Sebaliknya jika ingin selamat dari objek yang ditakuti dalam kata khasyyah, maka kita harus mendekati objek yang ditakuti itu. 

Perbedaan kedua kosa kata itu juga mengisyaratkan perbedaan sikap.

Baca juga: Merawat Kemabruran Puasa bagian 10: Rahasia Pengabulan Doa

Jika ingin selamat dari objek yang ditakuti dalam kata kauf, maka kita harus menjauhi objek itu. 

Misalnya jika ingin selamat dari harimau atau tsunami jauhi objek itu, karena jika dekat maka terancam bahaya mematikan.

Sebaliknya jika ingin selamat dari objek yang ditakuti dalam kata khasyyah, maka kita harus mendekati objek yang ditakuti itu.

Jika kita menjauhi Tuhan pasti kita akan binasa. Tegasnya jika ingin selamat dari objek yang ditakuti (makhluk) jauhi objek itu.

Baca juga: Merawat Kemabruran Puasa bagian 9: Menebar Energi Positif

Jika ingin selamat dari objek yang ditakuti (Khaliq), dekati objek itu.

Banyak di antara kita belum cerdas mencari penyelamatan diri dari objek yang ditakuti.

Jika ingin selamat dari siksa neraka maka seharusnya kita menjauhi hal-hal yang dilarang oleh agama, seperti perzinahan, pembunuhan, korupsi, dan penzaliman.

Baca juga: Merawat Kemabruran Puasa bagian 7: Lebih Banyak Diam

Dengan demikian kita akan selamat dari siksa neraka, sebaliknya jika kita mendambakan syurga maka kita harus mendekati sedekat-dekatnya Allah SWT sebagai objek yang ditakuti.

Idealnya, kita di dalam mengabdikan diri kepada Allah SWT betul-betul tanpa pamrih. 

Tidak berharap syurga atau  berlindung kepada-Nya agar tidak masuk neraka, tetapi semata-mata kita lakukan pengabdin karena Allah SWT, sebagaimana di dalam ikrar kita: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya karena Allah SWT”. (*)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved