Hikmah Ramadan 2025

Merawat Kemabruran Puasa bagian 28: Dari Sufi Palsu ke Sufi Sejati

Di antara mereka mungkin ada yang memang betul-betul sufi sejati (shufi) dan ada juga yang mengaku-ngaku sufi atau sufi palsu (mutashawwif).

Editor: Jariyanto
FREEPIK
SUFI - Ilustrasi sosok muslim membaca buku kajian. Tanda-tanda sedehana sufi sejati biasanya tidak pernah mau memperkebalkan diri sebagai sufi, tidak mau mendeklarasikan ajarannya, tidak mau terpengaruh dengan materi, bahkan cenderung menghindari popularitas dan orang banyak. 

Dia memiliki mobilitas tinggi dalam melayani permintaan orang atau jamaah khususnya, sementara murid-murid di padepokannya cenderung ditelantarkan.

Sufi sejati membimbing dan mengajar dengan hati dan rohani, sehingga dirasakan betul di dalam hati para murid dan jamaahnya.

Segala sesuatu darinya bersumber dari hati nurani sehingga meyakinkan para muridnya.

Persis seperti qaul yang mengatakan: “Segala yang keluar dari hati akan mendarat di hati” (kullu ma kharaja minal qalb waqa’a fil qalb). Sedangkan sufi palsu, pintar membolak balik kata-kata, berpenampilan menarik dan memukau, tetapi sayang seperti kata qaul: Ucapannya “masuk di telinga kanan keluar dari telinga kiri”, tanpa ada yang tersimpan. (*)

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved