Disebutkan sosialisasi tersebut ditujukan untuk menyampaikan hasil hisab Muhammadiyah terkait awal Syawal.
Hal itu karena besar kemungkinan akan terjadi perbedaan penetapan Lebaran 2023 dengan Pemerintah Indonesia.
Wakil Ketua MTT PP Muhammadiyah, Oman Fathurahman, menjelaskan cara dan hasil perhitungan awal Syawal dan Zulhijah tahun ini.
Tinggi hilal pada awal Syawal di Yogyakarta adalah +01° 47’ 58’’ (sudah wujud).
Ketinggian hilal lebih rendah untuk daerah sebelah timur Yogyakarta, seperti Makassar dan Papua.
Sedangkan daerah di sebelah Barat, antara lain Jakarta, Aceh, dan Arab Saudi ketinggian hilal lebih tinggi.
“Karena semakin ke Barat, maka tinggi hilal semakin Tinggi,” kata Oman dikutip TribunnewsSultra.com dari laman resmi muhammadiyah.or.id.
Dengan sosialisasi yang telah dilakukan, MTT PP Muhammadiyah berharap warga Persyarikatan melaksanakan Idul Fitri 2023 sesuai dengan maklumat yang telah diterbitkan.
2. Prediksi BMKG Lebaran 2023
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan potensi keterlihatan hilal yang bakal menjadi penentu Hari Raya Idul Fitri 2023 atau 1 Syawal 1444 H.
Menurut Koordinator Bidang Tanda Waktu BMKG Himawan Widiyanto, potensi keterlihatan hilal pada Kamis (20/4/2023) masih sangat kecil.
“Dikarenakan ketinggian hilal dan elongasi pada tanggal 20 April 2023 yang masih relatif rendah,” katanya pada Jumat (14/05/2023).
“Maka potensi keterlihatan hilal sebagai penentu awal bulan Syawal 1444 H masih sangat kecil,” jelasnya menambahkan dikutip TribunnewsSultra.com dari Kompas.com.
Himawan mengatakan, ketinggian hilal di Indonesia masih berkisar antara 0,75 derajat di Merauke (Papua) sampai dengan 2,36 derajat di Sabang (Aceh).
Sementara elongasi di Indonesia masih berkisar antara 1,48 derajat di Waris (Papua) s/d 3,09 derajat di Sabang (Aceh).