Hari Lahir Pancasila

1 Juni Diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila, Simak Sejarahnya: Upaya Perumusan Dasar Negara

Editor: Rahman Hakim
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Hari Lahir Pancasila 2023.

1 Juni Diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila, Simak Sejarahnya: Upaya Perumusan Dasar Negara

TRIBUNSORONG.COM - Berikut ini adalah sejarah Hari Lahir Pancasila yang diperingati setiap 1 Juni.

Sebelumnya telah diketahui bersama jika tanggal 1 Juni selalu diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila.

Ternyata Hari Lahir Pancasila memiliki sejarah panjang, sehingga ditetapkan sebagai hari libur nasional.

Lalu seperti apa sejarah peringatan Hari Lahir Pancasila 1 Juni?

Berikut adalah penjelasannya.

Sejarah Hari Lahir Pancasila

Pemilihan tanggal 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila merujuk pada momen sidang Dokuritsu Junbi Cosakai (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan/BPUPKI) dalam upaya merumuskan dasar negara Republik Indonesia.

Badan ini menggelar sidang pertamanya pada tanggal 29 Mei 1945.

Dalam sidang tersebut, anggota BPUPKI membahas mengenai dasar-dasar Indonesia merdeka.

Hari Lahir Pancasila , 1 Juni (Tribunkaltim.co/Arief Zulkifli Selamat Hari Lahir Pancasila)

Dalam sidang kedua BPUPKI, Soekarno dalam pidatonya yang bertajuk Lahirnya Pancasila berkesempatan menyampaikan gagasannya mengenai konsep awal Pancasila yang menjadi dasar negara Indonesia tepatnya pada 1 Juni 1945.

Pidato ini pada awalnya disampaikan oleh Soekarno secara aklamasi tanpa judul dan baru mendapat sebutan "Lahirnya Pancasila" oleh mantan Ketua BPUPKI Dr. Radjiman Wedyodiningrat dalam kata pengantar buku yang berisi pidato yang kemudian dibukukan oleh BPUPKI.

Dalam pidatonya Soekarno menyampaikan ide serta gagasannya terkait dasar negara Indonesia merdeka, yang dinamai Pancasila.

Panca artinya lima, sedangkan sila artinya prinsip atau asas.

Pada saat itu Bung Karno menyebutkan lima dasar untuk negara Indonesia, yakni Sila pertama “Kebangsaan”, sila kedua “Internasionalisme atau Perikemanusiaan”, sila ketiga “Demokrasi”, sila keempat “Keadilan sosial”, dan sila kelima “Ketuhanan yang Maha Esa”.

Halaman
123