Ditandai Batuk, Berikut Gejala Difteri yang Jadi KLB di Garut

Penyakit difteri ditandai munculnya batuk akut, demam, lemas, dan pembengkakan kelenjar getah bening selaput lendir.

Editor: Milna Sari
WARTA KOTA/Nur Ichsan
Imunisasi Difteri. 

TRIBUNSORONG.COM - Penyakit difteri merebak di Garut Jawa Barat.

Penyakit difteri ditandai munculnya batuk akut, demam, lemas, dan pembengkakan kelenjar getah bening selaput lendir.

Difteri merupakan penyakit menular akibat infeksi bakteri Corynebacterium Diphteria.

Gejalanya ditandai dengan batuk akut, demam, lemas, dan pembengkakan kelenjar getah bening selaput lendir.

Dikutip dari CDC, bakteri difteri menyebar dari orang ke orang, biasanya melalui tetesan pernapasan, seperti batuk atau bersin.

Orang juga bisa terkena difteri karena menyentuh luka terbuka atau borok yang terinfeksi.

Mereka yang berisiko lebih tinggi terkena difteri termasuk:

- Orang-orang di rumah yang sama.

- Orang dengan riwayat kontak yang sering dan dekat dengan pasien.

- Orang yang secara langsung terpapar sekresi dari tempat infeksi yang dicurigai (misalnya mulut, kulit) pasien.

Dokter biasanya memutuskan apakah seseorang menderita difteri dengan mencari tanda dan gejala umum.

Mereka dapat mengusap bagian belakang tenggorokan atau hidung dan menguji bakteri penyebab difteri.

Seorang dokter juga dapat mengambil sampel dari luka terbuka atau bisul dan mencoba menumbuhkan bakteri.

Jika bakteri berkembang biak dan membuat toksin difteri, dokter dapat memastikan pasien terkena difteri.

Namun, butuh waktu untuk menumbuhkan bakteri, jadi penting untuk segera memulai pengobatan jika dokter mencurigai adanya difteri pernapasan.

Pengobatan difteri meliputi:

1. Menggunakan antitoksin difteri untuk menghentikan racun bakteri yang merusak tubuh. Perawatan ini sangat penting untuk infeksi difteri pernapasan, tetapi jarang digunakan untuk infeksi kulit difteri.

2. Menggunakan antibiotik untuk membunuh dan menyingkirkan bakteri. Hal ini penting untuk infeksi difteri pada sistem pernafasan dan pada kulit serta bagian tubuh lainnya (misalnya mata, darah).

Penderita difteri biasanya tidak lagi dapat menulari orang lain 48 jam setelah mereka mulai minum antibiotik.

Namun, penting untuk menyelesaikan penggunaan antibiotik secara lengkap untuk memastikan bakteri benar-benar dikeluarkan dari tubuh.

Setelah pasien menyelesaikan pengobatan lengkap, dokter akan melakukan tes untuk memastikan bakteri tidak ada lagi di tubuh pasien.

Komplikasi dari difteri pernapasan dapat meliputi:

1. Penyumbatan jalan napas.

2. Miokarditis (kerusakan pada otot jantung).

3. Polineuropati (kerusakan saraf).

4. Gagal ginjal.

Bagi sebagian orang, difteri pernapasan dapat menyebabkan kematian.

Bahkan dengan pengobatan, sekitar 1 dari 10 pasien dengan difteri pernafasan meninggal.

Tanpa pengobatan, setengah dari pasien bisa meninggal akibat penyakit ini.


Untuk mencegah penularan lebih luas, terdapat beberapa vaksin yang membantu melindungi terhadap difteri.

Berikut beberapa vaksinnya:

- DTaP membantu melindungi terhadap difteri, tetanus, dan pertusis (batuk rejan).

- DT membantu melindungi terhadap difteri dan tetanus.

- Tdap membantu melindungi dari tetanus, difteri, dan pertusis.

- Td membantu melindungi dari tetanus dan difteri

Korban Difteri di Garut Belum Vaksin

Pemerintah Kabupaten Garut telah menetapkan penyakit difteri menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB).

Penetapan KLB ini telah tercantum dalam Surat Keputusan Bupati (Kepbup) Garut nomor 100.3.3.2/KEP.91-DINKES/2023, tanggal 20 Februari 2023, tentang Penetapan KLB Penyakit Difteri.

Dikutip dari jabarprov.go.id, penetapan KLB difteri di Garut ditetapkan setelah merebaknya kasus penyakit difteri.

Bupati Garut Rudy Gunawan mengatakan salah satu penyebab merebaknya difteri ini karena beberapa korban tidak divaksin lengkap untuk imunisasi difteri.

"Nah difteri sudah dinyatakan KLB, jadi saya sudah tandatangani bahwa difteri di Kabupaten Garut dinyatakan kejadian luar biasa," ujarnya.

"Ada yang meninggal dunia diakibatkan mereka tidak mendapatkan vaksin sejak awal, jadi daerah itu punya kepercayaan tidak perlu divaksin, harusnya kan dari awal, (jadi) tidak lengkap," tambah Rudy.

Atas kejadian tersebut, lanjut Rudy, pihaknya akan melakukan vaksin Difteri kepada anak-anak yang ada di Kabupaten Garut.

"Tapi kita di Kecamatan Pangatikan dulu, nanti saya akan pimpin pada Senin depan," ujarnya.

"Itu akan ada secara massal dilakukan terhadap anak-anak yang balita sampai dengan anak-anak di bawah 9-10 tahun, nanti bagaimana teknisnya ya yang akan dilakukan. Nah nanti kita akan lakukan se-Kabupaten Garut," sambungnya.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul "Mengenal Apa Itu Difteri, Penyakit yang Ditetapkan jadi KLB di Garut"

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved