Cegah Stunting BKKBN
Sukseskan Program Cegah Stunting, BKKBN-Tribun Network Gaungkan Kampanye Cukup DuaTelur
Data dari Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) menunjukkan, terjadi penurunan angka stunting sebesar 27,67 persen pada tahun 2019.
TRIBUNSORONG.COM, JAKARTA - Indonesia mempersiapkan generasi emas 2045, namun stunting menjadi tantangan sebab masih menjadi masalah bagi bayi dan anak di bawah usia dua tahun di Indonesia.
Oleh karena itu persoalan tersebut harus segera dientaskan karena akan menghambat.
Stunting adalah kekurangan gizi pada bayi di 1.000 hari pertama kehidupan yang berlangsung lama dan menyebabkan terhambatnya perkembangan otak dan tumbuh kembang anak.
Karena mengalami kekurangan gizi menahun, bayi stunting tumbuh lebih pendek dari standar tinggi balita seumurnya.
Tapi ingat, stunting itu pasti bertubuh pendek, sementara yang bertubuh pendek belum tentu stunting.
Baca juga: Lima Penderita Stunting di Distrik Wayer, Letkol Ronald Michael Patty: Kami Buatkan Rumah Sehat
Data dari Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) menunjukkan, terjadi penurunan angka stunting sebesar 27,67 persen pada tahun 2019.
Walaupun angka stunting ini menurun, namun angka tersebut masih dinilai tinggi, mengingat WHO menargetkan angka stunting tidak boleh lebih dari 20 persen.
Data Bank Dunia atau World Bank mengatakan angkatan kerja yang pada masa bayinya mengalami stunting mencapai 54 persen.
Artinya, sebanyak 54 persen angkatan kerja saat ini adalah penyintas stunting.
Hal inilah yang membuat stunting menjadi perhatian serius pemerintah.
Awal tahun 2021 pemerintah Indonesia menargetkan angka stunting turun menjadi 14 persen di tahun 2024.
Presiden Joko Widodo(Jokowi) menunjuk Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr (HC) dr Hasto Wardoyo SpOG (K) menjadi Ketua Pelaksana Percepatan Penurunan Stunting.
Hasto mengatakan, pentingnya menyiapkan kesehatan yang prima sebelum melangkah ke jenjang pernikahan.
Ia juga mengkritik kebiasaan masyarakat yang memilih mengeluarkan biaya hingga puluhan juta untuk melakukan prewedding ketimbang memikirkan hal lain yang mendesak yakni prekonsepsi.
“Prakonsepsi itu sangat murah, calon ibu hanya minum asam folat, periksa hb (hemoglobin), minum tablet tambah darah gratis kalau di Puskesmas, biaya untuk persiapannya tidak lebih Rp20.000. Sementara, suami hanya perlu mengurangi rokoknya, kemudian suami minum zinc supaya spermanya bagus. Kalau mau menikah, laki-lakinya itu harus menyiapkan 75 hari sebelum menikah, karena sperma dibuat selama 75 hari," ujar Hasto.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.