Wisata Tambrauw

Jalan di Atas Batu Panas, Tradisi Ekstrem Byak Karon Tambrauw Papua Barat Daya

Tradisi itu bernama 'Apen Beyeren'. Ritual itu adalah satu dari sekian ritual adat dalam budaya masyarakat Kabupaten Biak Numfor. 

|
Penulis: Petrus Bolly Lamak | Editor: Milna Sari
Petrus Bolly Lamak
Tokoh adat Byak Karon sedang jalan di atas batu panas dalam Festival Munara Beba Kawasan Byak Karon di Tambrauw. 

TRIBUNSORONG.COM, FEF - Festival Munara Beba Kawasan Byak Karon di Kampung Werur, Distrik Bikar, Kabupaten Tambrauw, Papua Barat Daya mempertunjukkan sebuah tradisi adat ekstrem.

Kenapa dibilang ekstrem? Karena dalam tradisi itu manusia bebas berjalan di atas batu panas yang baru habis dibakar.

Tradisi itu bernama 'Apen Beyeren'. Ritual itu adalah satu dari sekian ritual adat dalam budaya masyarakat Kabupaten Biak Numfor. 

Baca juga: Yeremias Sedik Sebut Festival Munara Beba Dorong Ekonomi Baru di Tambrauw

Secara bebas Apen Beyeren dapat diartikan sebagai prosesi berjalan di atas batu panas.

Asal mulanya ritual ini berakar dari tradisi Barapen. 

Tradisi bakar batu untuk keperluan memasak yang dilakukan warga kampung ketika ada acara upacara adat ataupun syukuran.

20230328_Tarian Wor
Tarian Wor menjadi penyemangat di dalam tradisi Apen Beyeren.

Dari sanalah kemudian berkembang menjadi Apen Beyeren.  

Sejatinya ritual ini khusus diselenggarakan untuk penghormatan terhadap seseorang ataupun tokoh adat. 

Ritual yang berlangsung pesisir pantai Kampung Werur itu, memakan waktu cukup lama, karena memang batu harus dalam keadaan panas membara.

Batu yang digunakan adalah batu karang, yang kemudian disusun berselang-seling dengan kayu lalu dibakar selama kurang lebih empat jam.

Saat senja menghilang, para tua adat mulai menyalakan api untuk membakar batu.

Baca juga: Lomba Dayung Perahu Adat Meriahkan Festival Munara Beba Tambrauw

Ketika api sedang berkobar, sejumlah pemuda dan pemudi berpakaian khas Papua menari sambil menyanyi lagu daerah.

Setelah beberapa jam, kayu yang dibakar bersama batu dikeluarkan tersisa batu panas yang tampak merah dan menyalah.

Ketua adat dari enam Keret (marga) Byak Karon mulai bersiap-siap untuk jalan di atas batu panas.

20230328_Tumpukan batu dibakar
Tumpukan batu dibakar bersama kayu untuk acara Apen Beyeren.

Sebelum berjalan, ada orang tua yang mengusap kaki para ketua Keret menggunakan air.

Ketua Keret dan beberapa warga terlihat berjalan di atas batu panas itu secara bergantian.

Mereka jalan sambil mengangkat kedua tangan. Begitu melewati tumpukan batu panas itu sontak masyarakat yang menonton langsung beri tepukan tangan.

Setelah melewati tumpukan batu panas, ketua-ketua Keret dari suku Byak Karon itu tampak tidak merasa kaki panas.

Mereka terlihat senyum dan penuh rasa bangga bisa lewati batu panas itu. 

Tokoh adat Byak Karon Konstantinus Marwam mengatakan, Apen Beyeren merupakan sebuah pesta besar.

Diceritakan Konstantinus bahwa, Apen Beyeren berawal dari seorang ibu yang buat pesta besar untuk menyambut paman dan keluarganya.

"Ceritanya duluh ada seorang ibu yang menyambut Omnya itu dibuatlah tradisi Apen Beyeren ini sehingga secara turun temurun terus dilestarikan," katanya kepada TribunSorong.com, Sabtu (25/3/2023).

Baca juga: Lomba Perahu Festival Munara Beba Diisi Pedayung Berpakaian Khas Papua

Konstantinus berujar, enam keret dan sejumlah warga berjalan di atas batu panas itu merupakan kepercayaan pada Tuhan.

Mereka boleh berjalan tanpa rasa sakit karena percaya pada Tuhan yang diyakininya.

"Sebenarnya kekuatan berjalan di atas batu panas ini adalah sebuah keyakinan seseorang pada Tuhannya sendiri kita hanya bantu meyakinkan saja. Ada juga yang tidak berani jalan karena masih ragu-ragu," jelas dia. (tribunsorong.com/petrus bolly lamak)

 

 

Sumber: TribunSorong
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved