Kartini Papua Barat Daya
Empat Pemimpin Perempuan Papua Barat Daya
Walaupun hanya mengenyam pendidikan sampai pada usia 12 Tahun, hal tersebut tidak menyulutkan api semangatnya untuk tetap belajar.
Penulis: Misael Membilong | Editor: Milna Sari
TRIBUNSORONG.COM, SORONG - Raden Ajeng Kartini merupakan sosok emansipasi yang mencetuskan lahirnya kesetaraan gender dan kesamaan kelas sosial dalam masyarakat Indonesia.
R.A. Kartini sebagai ikon emansipasi wanita.
Walaupun hanya mengenyam pendidikan sampai pada usia 12 Tahun, hal tersebut tidak menyulutkan api semangatnya untuk tetap belajar.
Semangat Kartini untuk memperjuangkan kesetaraan dan kesamaan kelas sosial lahir dari pandangannya terhadap kemampuan dan kebebasan berfikir perempuan eropa pada masa itu, yang jika dibandingkan dengan kondisi perempuan Indonesia sangatlah tertinggal jauh.

Latar belakang sejarah Indonesia menunjukkan bahwa perempuan ialah jenis kelamin yang berada pada strata kedua dalam masyarakat yang hanya berperan di “dapur, sumur, dan kasur.”
Tilas sejarah inilah yang memenjara ruang gerak perempuan hingga melahirkan stigma dalam masyarakat bahwa perempuan ialah sosok yang tidak setara dan sebanding dengan laki-laki.
Perempuan dianggap tidak dapat memiliki peran yang besar dalam masyarakat, tidak layak untuk berpendidikan tinggi, tidak dapat menjadi seorang pemimpin negeri, bahkan hanya menduduki strata kedua yang berada dibawah kendali laki-laki.
Di Papua, para perempuan yang sering disebut “mama-mama Papua” merupakan pemain utama dalam menggerakan perekonomian, khususnya di bidang pertanian, melalui penjualan sayur hasil berkebun.
Namun, bagaimana dengan peran perempuan Papua dalam ranah publik dan pengambilan kebijakan?
Sampai hari ini, masih sangat sedikit perempuan Papua yang menduduki jabatan publik, baik di level nasional maupun daerah.
Lemahnya implementasi kebijakan afirmasi hak politik perempuan, disertai kentalnya budaya patriarki yang membebankan sepenuhnya urusan domestik pada perempuan, menjadi hambatan utama sulitnya para perempuan di Papua mengambil peran sebagai pembuat kebijakan.
Meskipun demikian, Papua Barat Daya sebagai provinsi termuda di Indonesia, telah melahirkan sosok- sosok perempuan hebat yang telah dan kini menduduki jabatan sebagai pembuat kebijakan dan pengambil keputusan publik.
Baca juga: Pendeta O Suprapto Pimpin Ibadah Minggu GKI Oikumene Bahtera Injil Kota Sorong
Tribunners, ini dia daftar perempuan hebat dari Papua Barat Daya.
1. Dr. Barbalina Osok., SE., M.Si
Sosok perempuan asli Moi (Sorong) yang berhasil mendapat gelar doktor dari Universitas Padjajaran dan kini dipercayakan menjabat Kepala Dinas Pertanahan Kabupaten Sorong.
2. Dr. Netty Naomi Howay., S.K.M., M.Kes
Srikandi yang satu ini berasal dari Kabuputen Maybarat yang merupakan satu diantara 27 perempuan di Indonesia yang berhasil menyelesaikan pendidikan S3 di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN).
Alumni IPDN ini kini dipercayakan mengemban beberapa jabatan diantaranya, Pj Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat Daya, Wakil Ketua III Sinode GKI di Tanah Papua dan Ketua Dewan Pimpinan Wilayah, Persatuan Perawat Indonesia Papua Barat.
3. Dra. Wehelmina W Kambuaya., MM (Almh)
Sosok perempuan yang satu ini juga datang dari Kabupaten Maybrat.
Sebagai srikandi yang hebat, beliau sangat dicintai dan dihormat oleh masyarakat Kota Jayapura, Papua.
Wehelmina, semasa hidupnya dipercayakan sebagai Kepala Dinas Pendidikan Kota Jayapura bahkan dijuliki sebagai "Mama Orang Jayapura", jabatan terakhir yang di embanya adalah sebagai Ketua DPRD Kota Jayapura dua periode.
4. Petronela Kambuaya, S.Pd, M.Pd.
Maybrat tidak pernah kehabisan pemimpin perempuan.
Sosok perempuan asli Maybrat ini merupakan alumni FKIP Universitas Terbuka dan kini menjabat sebagai Ketua DPRD Kota Sorong, Provinsi Papua Barat Daya.
Tribuners, itu tadi beberapa sosok perempuan hebat dari Papua Barat Daya.
(tribunsorong.com/misael membilong)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.