Arti Kata

Arti Kata Siji Suro dalam Istilah Sakral Masyarakat Jawa, Bertepatan 1 Muharam Tahun Baru Hijriah

Benarkah jika arti kata 'siji suro' merupakan suatu hal yang sakral dan banyak mengandung mistis? Inilah penjelasan arti kata 'siji suro'.

Penulis: Rahman Hakim | Editor: Rahman Hakim
Tribunsumsel.com
3 Mitos dan Larangan Malam 1 Suro dalam Tradisi Masyarakat Jawa, Tidak Diperbolehkan Keluar Rumah 

Seperti diketahui bersama, bagi umat Islam, bulan Muharram termasuk salah satu bulan suci, di mana oleh Rasulullah, umat Islam diperintahkan untuk berintrospeksi diri (muhasabah), baik untuk tahun yang telah lewat maupun tahun yang akan datang.

Ritual mujahadah, doa, bersedekah dalam tradisi Jawa termasuk selamatan, kenduri, bertapa, dan sejenisnya memiliki akar tegas dalam tradisi keberagaman Islam yang bercorak Jawa, dikutip dari Uin Malang.

Meski demikian, masih banyak orang yang memiliki anggapan bahwa bulan 'suro' mempunyai berbagai pantangan yang tidak boleh dilakukan.

Untuk mengetahui sejarah bulan suro, silakan simak artikel berikut.

Baca juga: Arti Kata Getlos Lingelingeling dalam Bahasa Gaul Viral di TikTok, Viral Karena Tessa Mariska

Baca juga: Apa Arti Kata Gacor dalam Bahasa Gaul? Banyak Dipakai di TikTok, Apakah Artinya Keren dan Hebat?

Sejarah Malam 1 Suro atau 1 Muharam

Istilah malam 1 Suro adalah nama lain dari malam 1 Muharam dalam penanggalan Hijriah.

Penanggalan Jawa dan kalender Hijriah memiliki korelasi dekat, khususnya sejak zaman Mataram Islam di bawah Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma (1613-1645).

Penanggalan Hijriah memang di awali bulan Muharam, yang oleh Sultan Agung dinamai bulan Suro.

Saat itu, Sultan Agung berinisiatif mengubah sistem kalender Saka yang merupakan kalender perpaduan Jawa asli dengan Hindu.

Ia kemudian menggabungkannya dengan penanggalan Hijriah.

Hal ini memang sangat unik mengingat kalender Saka berbasis sistem lunar atau Matahari sementara Hijriah pergerakan Bulan.

Kalender Hijriah banyak dipakai oleh masyarakat pesisir yang pengaruh Islamnya kuat.

Sedangkan kalender Saka banyak digunakan oleh masyarakat Jawa pedalaman.

Sultan Agung ingin mempersatukan masyarakat Jawa yang pada waktu itu agak terpecah antara kaum Abangan (Kejawen) dan Putihan (Islam).

Dalam kepercayaan Kejawen, bulan Suro memang dianggap istimewa.

Penganut Kejawen percaya bulan tersebut merupakan bulan kedatangan Aji Saka ke Pulau Jawa.

Aji Saka kemudian membebaskan rakyat Jawa dari cengkeraman mahluk gaib raksasa.

Selain itu bulan ini juga dipercayai sebagai bulan kelahiran huruf Jawa.

(TribunSorong/Kim/Tribunnews)

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved