Arti Kata

Arti Kata Siji Suro dalam Istilah Sakral Masyarakat Jawa, Bertepatan 1 Muharam Tahun Baru Hijriah

Benarkah jika arti kata 'siji suro' merupakan suatu hal yang sakral dan banyak mengandung mistis? Inilah penjelasan arti kata 'siji suro'.

Penulis: Rahman Hakim | Editor: Rahman Hakim
Tribunsumsel.com
3 Mitos dan Larangan Malam 1 Suro dalam Tradisi Masyarakat Jawa, Tidak Diperbolehkan Keluar Rumah 

Arti Kata Siji Suro dalam Istilah Sakral Masyarakat Jawa, Bertepatan 1 Muharam Tahun Baru Hijriah

TRIBUNSORONG.COM - Berikut adalah arti kata 'siji suro' dalam bistilah sakral masyarakat Jawa.

Pasti kamu sudah tidak asing lagi dengan kata 'siji suro' yang akhir-akhir ini berseliweran di media sosial.

Kata 'siji suro' umumnya dipakai sebagai narasi yang menggambarkan datangnya bulan Suro.

Untuk masyarakat yang tinggal di Jawa, kata 'siji suro' sudah sering dijumpai apalagi jelang pergantian tahun baru Hijriah.

Lalu apa arti kata 'siji suro' yang sebenarnya dalam penggunaan sehari-hari?

Benarkah jika arti kata 'siji suro' merupakan suatu hal yang sakral dan banyak mengandung mistis?

Untuk mengetahui arti kata 'siji suro' dalam istilah sakral masyarakat Jawa, kamu bisa menyimak artikel berikut.

Baca juga: Arti Kata Cikini Gondangdia yang Viral di TikTok, Ternyata Ini Maksud Lirik Lagu yang Sebenarnya

Baca juga: Kumpulan Bahasa Gaul di TikTok 2023: Simak Arti Kata Yu Brik May Hat hingga Getlos Lingelingeling

Gunungan Lompya Duleg dan Lembu Suroloyo di kirab warga di acara Cethik Geni 5 Desa Gatak, Kecamatan Delanggu, Klaten.
Gunungan Lompya Duleg dan Lembu Suroloyo di kirab warga di acara Cethik Geni 5 Desa Gatak, Kecamatan Delanggu, Klaten. (TribunSolo.com / Zharfan Muhana)

Arti Kata Siji Suro

Di media sosial, arti kata 'siji suro' masih sering bertengger di kolom pencarian terutama di TikTok.

TribunSorong mencoba untuk menelusuri arti kata 'siji suro' di aplikasi TikTok.

Kebanyakan konten yang muncul ialah video TikTok yang memiliki unsur mistis di dalamnya.

Jika menilik lebih dalam, kata 'siji suro' merupakan kata yang berasal dari 'siji' dan kata 'suro'.

Kata 'siji' memiliki arti satu, dan kata 'suro' adalah bulan pertama dalam penanggalan Jawa.

Sementara itu kata 'suro' dipahami masyarakat Jawa sebagai bulan Muharam dalam kalender Hijriah.

Seperti diketahui bersama, bagi umat Islam, bulan Muharram termasuk salah satu bulan suci, di mana oleh Rasulullah, umat Islam diperintahkan untuk berintrospeksi diri (muhasabah), baik untuk tahun yang telah lewat maupun tahun yang akan datang.

Ritual mujahadah, doa, bersedekah dalam tradisi Jawa termasuk selamatan, kenduri, bertapa, dan sejenisnya memiliki akar tegas dalam tradisi keberagaman Islam yang bercorak Jawa, dikutip dari Uin Malang.

Meski demikian, masih banyak orang yang memiliki anggapan bahwa bulan 'suro' mempunyai berbagai pantangan yang tidak boleh dilakukan.

Untuk mengetahui sejarah bulan suro, silakan simak artikel berikut.

Baca juga: Arti Kata Getlos Lingelingeling dalam Bahasa Gaul Viral di TikTok, Viral Karena Tessa Mariska

Baca juga: Apa Arti Kata Gacor dalam Bahasa Gaul? Banyak Dipakai di TikTok, Apakah Artinya Keren dan Hebat?

Sejarah Malam 1 Suro atau 1 Muharam

Istilah malam 1 Suro adalah nama lain dari malam 1 Muharam dalam penanggalan Hijriah.

Penanggalan Jawa dan kalender Hijriah memiliki korelasi dekat, khususnya sejak zaman Mataram Islam di bawah Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma (1613-1645).

Penanggalan Hijriah memang di awali bulan Muharam, yang oleh Sultan Agung dinamai bulan Suro.

Saat itu, Sultan Agung berinisiatif mengubah sistem kalender Saka yang merupakan kalender perpaduan Jawa asli dengan Hindu.

Ia kemudian menggabungkannya dengan penanggalan Hijriah.

Hal ini memang sangat unik mengingat kalender Saka berbasis sistem lunar atau Matahari sementara Hijriah pergerakan Bulan.

Kalender Hijriah banyak dipakai oleh masyarakat pesisir yang pengaruh Islamnya kuat.

Sedangkan kalender Saka banyak digunakan oleh masyarakat Jawa pedalaman.

Sultan Agung ingin mempersatukan masyarakat Jawa yang pada waktu itu agak terpecah antara kaum Abangan (Kejawen) dan Putihan (Islam).

Dalam kepercayaan Kejawen, bulan Suro memang dianggap istimewa.

Penganut Kejawen percaya bulan tersebut merupakan bulan kedatangan Aji Saka ke Pulau Jawa.

Aji Saka kemudian membebaskan rakyat Jawa dari cengkeraman mahluk gaib raksasa.

Selain itu bulan ini juga dipercayai sebagai bulan kelahiran huruf Jawa.

(TribunSorong/Kim/Tribunnews)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved