Hikmah Ramadan 2025

Merawat Kemabruran Puasa bagian 5: Berorientasi Husnul Khatimah

Kita harus berusaha menyingkirkan kesenangan dan kebahagiaan sesaat dengan mengorbankan perinsip dan nilai-nilai luhur kehidupan

Editor: Jariyanto
ISTIMEWA
PROFESI PEKERJAAN - Ilustrasi berbagai latar belakang profesi pekerjaan. Dalam menjalankan tugas dan pekerjaan sebaiknya diupayakan berorientasi kepada husnul khatimah/positive thinking diawali niat atau perencanaan yang luhur dan baik. 

Oleh: Prof., Dr., K.H., Nasaruddin Umar, M.A. (Menteri Agama RI)

TRIBUNSORONG.COM - Jiwa akan sehat dan terpelihara kalau kita terbiasa berfikir sehat, proaktif, dan berorientasi kepada husnul khatimah, akhir kehidupan yang baik dan ideal. Inilah satu dari sekian hikmah puasa yang kita rasakan.

Khusus melakukan tugas dan pekerjaan sebaiknya diupayakan berorientasi kepada husnul khatimah/positive thinking.

Bekerja dengan berorientasi husnul khatimah diawali niat atau perencanaan yang luhur dan baik.

Baca juga: Hikmah Ramadan: Merawat Kemabruran Puasa bagian 1, Meneguhkan Visi Kehidupan

Kita harus berusaha menyingkirkan kesenangan dan kebahagiaan sesaat dengan mengorbankan perinsip dan nilai-nilai luhur kehidupan.

Jika kita berasumsi segalanya diciptakan dua kali, yaitu ciptaan mental (blue print)  yang biasa diistilahkan dengan niat, dan ciptaan fisik atau eksekusi sebuah program dengan perhatian lebih fokus dan profesional, maka sudah barang tentu blue print-nya sesuai konsep husnul khatimah.

Kita harus bisa memastikan bahwa semua perbuatan kita berangkat dari konsep husnul khatimah, diawali niat baik dan luhur semenjak pemunculan awal gagasan itu (masyi’ah), lalu mengukur kemampuan (istitha’ah), dan terakhir ketika gagasan itu direalisasi atau dieksekusi (kasab) dipastikan sedah melalui wujud niat yang tepat.

Baca juga: Merawat Kemabruran Puasa bagian 3: Mengontrol Tabungan Sosial 

Pertama kita diminta membuat perencanaan yang visibel (blue print)  yang sesuai konsep husnul khatimah.

Bule print tentunya harus didesain konsep proaktif, bukannya reaktif yang harapannya apa yang direncanakan sejak awal itulah yang menjadi kenyataan, sehingga sesungguhnya setiap perbuatan itu dilaksanakan dua kali. 

Sekali di dalam bentuk konsep dan kedua kalinya dalam bentuk aksi.

Sedemikian penting hal ini, maka Allah SWT  mencontohkan diri-Nya tidak melakukan perbuatan-Nya sekali tetapi selalu dua kali, yaitu sekali dalam bentuk blue print di Lauh al-mahfudh dan kedua kalinya dalam bentuk kenyataan di alam syahadah ini.

Kesemuanya ini memberikan hikmah betapa manusia juga sebaiknya mengerjakan perbuatannya dua kali, sekali dalam perencanaan dan kedua kalinya dalam bentuk actions (hasab).

 Antara perbuatan pertama (niat) dan perbuatan kedua (actions) sedapat mungkin tidak terjadi perbedaan berarti.

Apa yang ada di dalam konsep dan perencanaan itulah yang menjadi kenyataan. Satu set antara niat dan  perbuatan sesungguhnya itulah jalan lurus (shirath al-mustaqim).

Baca juga: Merawat Kemabruran bagian 4: Hidup Ini Adalah Seni

Perbuatan yang tidak sesuai dengan niat semula boleh jadi disebut jalan yang dimurkai Tuhan (al-magdhub) atau jalan sesat (al-dhalin). Keselarasan antara blue print (ciptaan pertama) dengan perbuatan (ciptaan kedua) membutuhkan kepemimpinan dan manajemen.

Manajemen dimaksudkan di sini tidak lain adalah adalah mengerjakan hal-hal yang baik dan benar secara konsisten.

Baca juga: Merawat Kemabruran Puasa bagian 2: Dimulai dengan Niat yang luhur

Berbuat baik dan benar secara konsisten sesungguhnya juga memerlukan manajmen kalbu, yaitu pengelolaan kalbu secara baik dan benar.

Caranya tentunya bagi umat beragama caranya ialah konsisten mengukuti tuntunan ajaran agama secara telaten. 

Buat mencapai husnul khatimah di dalam urusan duniawi kita maka diperlukan penetapan sasaran-sasaran atau tujuan program yang bisa dicapai  yang dapat dicapai.

Baca juga: 40 Pantun Ramadan 2025 / 1446 H Lucu Kocak, Bikin Ibadah Makin Semangat, Momen Bukber Jadi Spesial

Kita tidak boleh melupakan sasaran-sasaran tersebut. Sesederhana apapun suatu tujuan tetap kita tidak boleh melupakannya.

Oleh karena itu, jangan pernah kita tidak menghargai hal-hal yang kecil dan sederhana dalam hidup ini, karena kebanyakan yang menggagalkan hidup seseorang bukan hal besar tetapi hal-hal kecil. (*)

 

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved