Hikmah Ramadan 2025

Merawat Kemabruran Puasa bagian 11: Hikmah di Balik Penolakan Doa

Setiap orang selalu memohon, agar doanya diijabah Allah SWT, tetapi tidak semua doa itu diijabah oleh-Nya.

Editor: Jariyanto
Freepik
BERDOA - Ilustrasi berdoa. Tidak banyak orang memahami bahwa penolakan sebuah doa yang sudah dipanjatkan secara khusyuk dan berkali-kali justru akan menjadi modal utama bagi yang bersangkutan untuk menolak bala dan menjadi cadangan amunisi bauat mempertahankan rahmat dan karunia Allah SWT. 

Oleh: Prof., Dr., K.H. Nasaruddin Umar, M.A. (Menteri Agama RI)

TRIBUNSORONG.COM - Setiap orang selalu memohon, agar doanya diijabah Allah SWT, tetapi tidak semua doa itu diijabah oleh-Nya.

Apa arti di balik pengabulan dan penerimaan sebuah doa? Apakah pengabulan doa berarti tanda cinta Tuhan atau sebaliknya? Atau penolakan doa berarti tanda benci Tuhan terhadap diri kta?

Tidak banyak orang memahami bahwa penolakan sebuah doa yang sudah dipanjatkan secara khusyuk dan berkali-kali justru akan menjadi modal utama bagi yang bersangkutan untuk menolak bala dan menjadi cadangan amunisi bauat mempertahankan rahmat dan karunia Allah SWT. 

Baca juga: Merawat Kemabruran Puasa bagian 10: Rahasia Pengabulan Doa

Seandainya dibukakan apa hikmah di balik penolakan doa maka mungkin di antara kita lebih banyak bersyukur akan penundaan pengabulan doa itu.

Penolakan atau tertundanya sebuah doa boleh jadi disebabkan karena beberapa hal.

Pertama, Allah SWT mencintai hamba yang bersangkutan, karena itu Ia menolak permohonannya.

Yang bersangkutan diminta untuk ke langit dan dilangit pasti lebih banyak pilihan yang maha baik disbanding apa yang dimohonkannya di bumi.

 

Allah SWT tidak ingin mengabulkan permohonan itu agar yang bersangkutan tidak asyik bermain dan menikmati hasil doanya lalu lupa naik ke langit.

Kita terkadang menanggapi seorang pemohon dengan memberikan permintaannya segera agar dia tidak datang lagi.

Kedua, Allah SWT memandang yang bersangkutan tidak terlalu penting baginya apa yang dimohonnya.

Permohonan itu lebih dibutuhkan oleh anak-anak atau cucu kesayangannya di kemudian hari.

Baca juga: Merawat Kemabruran Puasa bagian 8: Membiasakan Istiqamah

Ia hanya menjadikannya sebagai kebutuhan sekunder sedangkan anak dan atau cucunya menjadikannya sebagai kebutuhan primer, sehingga Allah SWT tidak menurunkannya kepada tetapi kepada anak atau cucunya.

Ketiga, Allah SWT memandang persyaratan untuk dikabulkan sebuah doa dari hamba tetapi tidak terpenuhi persyaratan itu oleh hamba yang berasngkutan, misalnya  doanya setengah hati atau tidak serius.

Seolah doanya hanya formalitas belaka, karena ia merasa aman (save) dari berbagai kemungkinan risiko terjelek karena mungkin ia pejabat atau memiliki harta atau uang yang banyak.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved