Hikmah Ramadan 2025

Merawat Kemabruran Puasa bagian 13: Antara Istigfar dan Taubat

Lain istigfar lain taubat. Istigfar adalah ungkapan spontanitas seorang hamba yang baru saja menyadari kekhilafannya lalu mengucapkan kalimat astagfir

Editor: Jariyanto
FREEPIK
ZIKIR - Ilustrasi berzikir. 

Oleh: Prof., Dr. K.H. Nasaruddin Umar, M.A. (Menteri Agama RI)

TRIBUNSORONG.COM - Lain istigfar lain taubat. Istigfar adalah ungkapan spontanitas seorang hamba yang baru saja menyadari kekhilafannya lalu mengucapkan kalimat astagfirullahal ’adhim

Sedangkan taubat lebih dari sekadar itu karena menuntut persyaratan lebih banyak. 

Dalam kitab Hadâiq al-Haqâiq karya Muhammad bin Abi Bakar bin Abd Kadir Syamsuddin Al-Razi (W. 660 H), taubat disyaratkan dengan meninggalkan perbuatan dosa dan maksiat, mengucapkan kalimat istigfar, seraya menyesali perbuatan dosa dan maksiyat itu, bertekad dalam hati tidak akan mengulangi perbuatan itu lagi. 

Baca juga: Tausiah Wagub Papua Barat Daya, Manfaatkan Ramadan untuk Mendekatkan Diri kepada Allah

Sebagian ulama menambahkan syarat meminta maaf kepada mereka yang telah dianiaya dan mengembalikan hak-hak mereka, mengganti perbuatan dosa dan maksiat itu dengan amal kebajikan.

Selain itu menghancurkan daging dan lemak yang tumbuh dalam dirinya yang berasal dari sumber yang haram dengan cara al-riyadhah.

Misalnya menjalani latihan jasmani dan rohani dalam menempuh berbagai tahapan menuju kedekatan diri kepada Allah SWT, dan mujahadah, yakni perjuangan melawan dorongan nafsu amarahnya, tidak makan, minum, dan memakai pakaian kecuali yang bersumber dari yang halal, dan menyucikan hati dari sifat khianat, tipu daya, sombong, iri hati, dengki, panjang angan-angan, lupa terhadap kematian, dan yang semacamnya.

Baca juga: 30 Pantun Ajakan Buka Puasa Bersama Ramadan 1446 H/2025, Bikin Momen Bukber Makin Seru dan Bermakna

Dengan demikian, taubat lebih berat daripada istigfar.

Taubat dalam kitab Ihya ’Ulumuddin karya monumental Al-Gazali (W. 505 H), mengisyaratkan ada tiga tingkatan.

Pertama, taubatnya orang awam, yaitu taubat dari dosa dan maksiat.

Baca juga: Merawat Kemabruran Puasa bagian 12: Memahami Peringkat Doa

Kedua, taubatnya orang khawas, yaitu taubat tidak karena melakukan dosa atau maksiat melainkan taubat karena alfa melakukan ketaatan yang bersifat sunat, misalnya meninggalkan Salat Duha, Tahajud, puasa Senin-Kamis, dan sebagainya. 

Ketiga, taubatnya orang khawashul khawash, yaitu taubat bukan karena dosa dan maksiat atau meninggalkan ketaatan sunat, apalagi wajib, melainkan taubat karena berkurangnya nilai khusyu dari seluruh rangkaian rutinitas ibadah yang dilakukan. 

Bagi golongan ini, alfa sedikitpun tidak mengingat Allah Swt dirasakan seperti melakukan dosa, sehingga ia berusaha untuk menutupi kelemahan-kelemahan itu dengan taubat dan istigfar.

Nabi Muhammad SAW, pernah ditannya oleh isterinya, ’Aisyah RA, mengapa engkau menghabiskan waktu malammu untuk beribadah, bukankah engkau seorang Nabi yang dijamin masuk syurga oleh Allah SWT? Rasulullah menjawab singkat, ”Apakah aku tidak termasuk hamba yang bersyukur”. 

Baca juga: Merawat Kemabruran Puasa bagian 11: Hikmah di Balik Penolakan Doa

Dari sini bisa difahami bahwa porsi makna taubat  tidak hanya sekedar pembersihan diri dari dosa dan maksiyat tetapi lebih banyak bermakna mendekatkan diri sedekat-dekatnya kepada Allah SWT (taqarrub ilallah).

Halaman
12
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved