Ramadan 2025

Merawat Kemabruran Puasa bagian 12: Memahami Peringkat Doa

Dalam perspektif sufistik, sebagaimana diungkapkan oleh Dawud Qaishari, doa paling kuat ialah yang ketiga atau paling tinggi nilainya di mata Allah.

Editor: Jariyanto
ISTIMEWA
BERDOA - Ilustrasi pasangan suami istri memanjatkan doa. Belum banyak di antara kita memahami peringkat doa yang mana dalam Islam dikenal ada tiga tingkatan doa. 

Oleh: Prof., Dr., K.H. Nasaruddin Umar, M.A. (Menteri Agama RI)

TRIBUNSORONG.COM - Belum banyak di antara kita memahami peringkat doa yang mana dalam Islam dikenal ada tiga tingkatan doa.

Pertama, doa yang dipanjatkan dengan bahasa mulut (al-du’a bi alisan al-maqal).

Kedua, doa yang dipanjatkan dengan kekuatan bahasa batin (al-du’a bi al-lisan al-hal).

Baca juga: Merawat Kemabruran Puasa bagian 11: Hikmah di Balik Penolakan Doa

Ketiga, doa yang dipanjatkan dengan kekuatan kepasrahan untuk bersedia menerima apapun keputusan Allah SWT (al-du’a bi al-lisan al-isti’dad).

Dalam perspektif sufistik, sebagaimana diungkapkan oleh Dawud Qaishari, doa paling kuat ialah yang ketiga atau paling tinggi nilainya di mata Allah SWT.

Oleh karena dikenal sebuah ungkapan: al-du’a bi al-lisan al-hal afshahu min al-du’a bi alisan al-maqal, wa al-du’a bi al-lisan al-isti’dad afshahu min al-du’a bi al-lisan al-hal (doa yang dipanjatkan dengan bahasa batin lebih kuat daripada doa yang dipanjatkan dengan bahasa lisan, dan doa yang dipanjatkan dengan doa isti’dad lebih kuat daripada doa yang dipanjatkan dengan bahasa batin). 

Baca juga: Merawat Kemabruran Puasa bagian 10: Rahasia Pengabulan Doa

Sebagai pemohon kepada Allah SWT (al-musta’adzu bih) meskipun manusia diciptakan dengan berbagai kelebihan di atas makhluk-Nya tetapi tetap membutuhkan perlindungan, bimbingan, dan pertolongan Allah SWT sebagai Sang Pemberi perlindungan (al-musta’adzu bih).

Allah SWT sendiri meminta manusia untuk senantiasa memohon perlindungan kepada-Nya sebagaimana dikatakan dalam ayat: Dan katakanlah: "Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan setan" (Q.S. al-Mu’minun/23:97).

Dalam ayat lain: "Apabila kamu membaca Al Qur'an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk" (Q.S. al-Nahl/16:98).

Baca juga: Merawat Kemabruran Puasa bagian 9: Menebar Energi Positif

Bagi para pencari Tuhan (salikun) yang penting bukan pengabulan doanya, tetapi penghambaan diri secara sempurna jauh lebih nikmat daripada pengabulan berbagai doa.

Mereka berdoa karena Allah SWT mewakili manusia untuk: "Ud’uni astajib lakum (Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu)" (Q.S. al-Gafir/40:60).

Bagi mereka, yang terpenting perbuatan berdoa itu sendiri, sebagaimana Nabi Muhammad SAW pernah bersabda: Al-du’a mukh al-‘ibadah (doa adalah intinya ibadah).

Mereka lebih merasakan puncak kenikmatan jika berdoa daripada menikmati hasil doa, apalagi kalau doa didikte oleh hawa nafsu, seperti pada umumnya orang awam jika berdoa.

Mereka lebih banyak meminta sesuatu yang berjangka pendek dalam urusan kehidupan dunia, seperti jodoh, kesehatan, kesejahteraan, pekerjaan, dan keperluan hidup duniawi lainnya. 

Baca juga: Merawat Kemabruran Puasa bagian 8: Membiasakan Istiqamah

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved