Hikmah Ramadan 2025

Merawat Kemabruran Puasa bagian 14: Dari al-Taib Menuju al-Tawwab

Setiap umat Islam diminta senantiasa meningkatkan dan meng-upgrade keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.

Editor: Jariyanto
FREEPIK
BERSUJUD - Ilustrasi bersujud dalam gerakan salat. Umat Islam diminta senantiasa meningkatkan dan meng-upgrade keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT. Di antara kualitas itu ialah peningkatan dari kualitas pertobatan Al-taib menuju ke kualiutas al-tawwab. Al-Tawwab dan al-taib berasal dari akar kata yang sama (Arab: Taba-yatubu berarti kembali). 

Oleh: Prof., Dr., K.H., Nasaruddin Umar, M.A. (Menteri Agama RI)

TRIBUNSORONG.COM - Setiap umat Islam diminta senantiasa meningkatkan dan meng-upgrade keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, termasuk meningkatkan kualitas pertobatan seiring dengan bertambahnya dosa dan kesalahan yang dilakukan.

Di antara kualitas itu ialah peningkatan dari kualitas pertobatan Al-taib menuju ke kualitas al-tawwab.

Al-Tawwab dan al-taib  berasal dari akar kata yang sama (Arab: Taba-yatubu berarti kembali).

Baca juga: Merawat Kemabruran Puasa bagian 13: Antara Istigfar dan Taubat

Dari akar kata ini membentuk kata ­al-taib (ism fa’il) yang dalam istilah agama Islam berarti orang-orang yang kembali ke jalan yang benar setelah malang melintang di dalam dunia kegelapan dosa dan maksiat.

Ia kembali kepada jalan Tuhan setelah melakukan zig-zag ke jalan iblis.

Dari akar kata yang sama juga terbentu kata al-tawwabin dalam istilah tasawuf berarti orang-orang yang bolak-balik kembali ke jalan yang benar karena dipicu penyesalan yang mendalam disertai ketakutan akan murka Tuhan. 

Baca juga: Merawat Kemabruran Puasa bagian 12: Memahami Peringkat Doa

Beda antara keduanya ialah, al-taibin hanya sekali atau sesekali melakukan pertobatan diri.

Ia seolah-olah membiarkan dirinya terbuai dengan godaan dosa karena mereka yakin pada saatnya pasti akan kembali (taib) ke jalan kebenaran.

Dosa dan maksiatnya dibiarkan bertumpuk dengan harapan nanti sekalian tobat di masa-masa mendatang jika sidah segalanya sudah berubah, sedangkan al-tawwabin setiap kali melakukan dosa, termasuk dosa paling ringan sekalipun, ia selalu kembali dan menyerahkan dirinya kepada Tuhan.

Ia sadar betul bahwa ajal bisa datang tiba-tiab tanpa persiapan sebelumnya, karena itu, ia selalu berusaha untuk selalu kembali (tawwab) setiapkali ia melakukan dosa/maksiyat. 

Di dalam Al-Qur'an, Allah SWTmenjanjikan cinta dan kasih saying kepada orang-orang yang bolak-balik selalu bertobat (al-tawwabin), bukannya kepada oaring-orang yang sekali atau sesekali bertaubat.

Sebagaimana firman-Nya: "Innallah yuhib al-tawwabin wa yuhibb al-muthathahhirin (Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang selalu bertaubat dan selalu membersihkan diri)".

Baca juga: Merawat Kemabruran Puasa bagian 10: Rahasia Pengabulan Doa

Ayat ini juga menjanjikan cinta kepada orang-orang yang rajin membersihkan diri (al-muthathahhirin), yaitu oran-orang yang selalu mensucikan niat dan tingkah lakunya di hadapan Allah SWT.

Sejatinya al-tawwabin menurut imam Al-Gazali dalam kitab Ihya’ ‘Ulum al-Din, ialah orang yang langsung beristigfar setiap usai berdosa.

Baca juga: Merawat Kemabruran Puasa bagian 9: Menebar Energi Positif

Halaman
12
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved