Patung Karwar Khas Suku Biak, Dipilih Dengan Ritual Memakan Pinang

Penulis: Taufik Nuhuyanan
Editor: Milna Sari
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pemahat Karwar di Sorong, Petrus Amsamsium.

TRIBUNSORONG.COM, SORONG - Papua memiliki beragam budaya menarik dan erat dengan kehidupan sosial masyarakat, salah satunya adalah patung Karwar yang berasal dari Suku Biak.

Menarik ada ritual khusus yang harus dilakukan setelah mendapatakan pohon yang akan jadi bahan Karwar.

Jelas pemahat patung Karwar di Kota Sorong, Papua Barat Daya, Petrus Amsamsium, Jumat (10/3/2023) setelah mendapatkan pohon yang tepat untuk bahan baku, biasanya pencari pohon melakukan ritual adat memakan pinang dan menyemburkan ke batang pohon.

“Sudah tradisi kami warga Biak kalau dapat pohon yang tepat akan melakukan hal itu,” ujarnya.

Baca juga: Klamesen, Kabupaten Sorong Jadi Lokasi Markas Polda Papua Papua Barat Daya

Selanjutnya dilakukan pengecekan kualitas kayu dengan cara diketuk di batang pohon yang telah dipilih.

“Jika dirasa baik maka ditebang pohonnya,” kata pria berusia 33 tahun ini kepada TribunSorong.com.

Karwar.

Kayu yang bisa dijadikan Karwar hanya besi, maret, dan anyer.

Usia kayu juga harus sudah tua dan berwarna hitam.

Tahapan pertama dalam pembuatan Karwar jelasnya adalah memotong kayu sesuai ukuran, kemudian dikupas kulit kayu bagian luar untuk mendapatkan hati kayu besi yang berwarna hitam.

Dalam tahap mengukir patung biasanya diawali dari kepala, kaki, tangan, tubuh dan ukir-ukir motif pada Karwar.

Alat-alat yang digunakan untuk pembuatan Karwar adalah Pensil, Pahat, Palu, Gergaji, Pisau, dan alat penghalus.

Proses pembuatan karwar bisa selesai paling lambat dalam dua hari.

Baca juga: Rekomendasi Wisata di Papua Barat: Kunjungi Pantai Pasir Putih Manokwari, Aman Untuk Anak-anak

Karwar diyakini sakral oleh masyarakat Suku Biak.

Karwar menyimpan simbol kehidupan, serta terikat dengan segala aspek kehidupan masyarakat Suku Biak.

“Kami diajarkan sejak kecil dari orang tua kami, bahwa patung ini sakral karena di dalamnya terdapat simbol kehadiran dari para roh leluhur kami,” ujarnya.

Halaman
12