GEGER Penemuan Mayat di Ruko Timika, Tergeletak di Samping Tempat Jualan, Polisi Beber Penyebab

Editor: Intan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi, sesosok mayat ditemukan tergeletak di Jalan Budi Utomo, Kota Timika, Papua Tengah.

TRIBUNSORONG.COM - Sesosok mayat ditemukan tergeletak di Jalan Budi Utomo, Kota Timika, Papua Tengah.

Penemuan tersebut terjadi pada Minggu (13/8/2023), pukul 13:00 WIT.

Jasad pria tua tersebut ditemukan oleh Fidelis (30) warga Gorong-gorong Kabupaten Mimika.

Penemuan ini sontak mejadi sorotan warga sekitar.

Baca juga: Mengenal Suku Korowai, Masih Praktekkan Kanibalisme, Diduga Dalang Hilangnya Jasad Putra Gubernur NY

Warga yang berdomisili di Jalan Budi Utomo, Kota Timika, Papua Tengah pada Minggu (13/8/2023) sekitar pukul 13:00 WIT digegerkan degan sosok mayat yang tergeletak.

Salah seorang saksi Nidar Amin (43) mengatakan, saat itu dirinya melihat orang tak dikenal tergeletak di samping tempat jualannya.

Dirinya kemudian menghampiri korban dan memanggil namun korban tidak merespon bahkan tidak bergerak.

Nidar Amin kemudian mengambil tindakan menghubungi keluarganya agar disampaikan ke pihak kepolisian dalam hal ini Polsek Mimika Baru.

Mendengar laporan warga, personel langsung menuju ke lokasi kejadian dan menemukan korban sudah tak bernyawa.

"Jadi saat dievakuasi korban sudah dalam kondisi tak bernyawa. Sudah dibawa ke RSUD Mimika sambil menunggu keluarganya," ungkap Kasat Reskrim Polres Mimika, AKP Julkifli Sinaga kepada Tribun-Papua.com.

AKP Julkifli berkata, pihaknya sudah melakukan olah TKP dan meminta keterangan saksi yang ada di lokasi.

Berdasarkan hasil pengamatan tim di lokasi kejadian, di tubuh korban tidak dulitemukan tanda-tanda kekerasan.

"Tidak ada tanda kekerasan. Dugaan sementara korban meninggal dunia lantaran sakit, dan untuk penyebab pasti kematian masih diselidiki," pungkasnya. 

Mengenal Suku Korowai, Masih Praktekkan Kanibalisme, Diduga Dalang Hilangnya Jasad Putra Gubernur NY

 Kanibalisme ternyata masih ada di Indonesia.

Suku Korowai, suku pedalaman Papua yang masih mempraktekkan kanibalisme.

Indonesia memiliki ratusan suku, namun sebagian besar sudah dapat beradaptasi dengan kehidupan modern.

Meski begitu masih ada yang mempertahankan tradisi lama dan memilih menjauh dari peradaban.

Satu suku yang cukup terkenal di Indonesia adalah suku Korowai.

Suku ini memiliki anggota hingga 3.000 orang.

Baca juga: Gaung Festival Egek, Sorong Diproyeksi Jadi Pusat Kebudayaan Suku Moi

Mereka tinggal di Papua Barat, Indonesia yang dekat dengan perbatasan Papua Nugini.

Dilansir dari laman en.goodtimes.my, Korowai dikatakan sebagai satu kelompok manusia paling terpencil di dunia.

Suku Korowai telah tinggal di Papua sejak 10.000 tahun yang lalu.

Dipercaya bahwa Korowai tidak menyadari keberadaan orang lain selain diri mereka sendiri sebelum orang luar melakukan kontak dengan mereka pada 1970an.

Suku Korowai diyakini pertama kali ditemukan pada 1974 oleh sekelompok ilmuwan.

Ilmuwan yang tersesat ini tanpa sengaja memasuki wilayah suku Korowai.

Kelompok yang dipimpin oleh antropolog Peter Van Arsdale, ahli geografi Robert Mitton, dan pengembang komunitas Mark Grundhoefer memutuskan untuk mempelajari kehidupan penduduk.

Melalui observasi, daftar kata dasar dibuat dan mereka juga merekam aktivitas harian suku ini.

Pada Mei 2006, pemandu wisata dan jurnalis, Paul Raffaele memimpin kru dalam ekspedisi ke hutan Papua.

Tujuannya untuk membuat film dokumenter tentang suku Korowai.

Dia ingin memahami mereka dan alasan mereka melakukan beberapa ritual yang mengerikan.

Raffaele menulis dalam artikelnya, “Kanibalisme dipraktekkan di antara manusia prasejarah, dan itu bertahan hingga abad ke-19 di beberapa kebudayaan Pasifik Selatan yang terisolasi, terutama di Fiji. Tapi hari ini Korowai adalah satu dari sedikit suku yang diyakini memakan daging manusia.”

Dia melanjutkan dengan detail penulisannya:

“Mereka tinggal sekitar 100 mil dari Laut Arafura, dimana Michael Rockefeller, putra gubernur New York, Nelson Rockefeller, menghilang pada 1961 saat mengumpulkan artefak dari suku Papua lainnya. Tubuhnya tidak pernah ditemukan."

Pria ini juga menegaskan bahwa sebagian besar orang Korowai hidup dengan mengabaikan dunia di luar suku mereka.

Raffaele menuliskan, “Seperti yang ditulis van Enk, Korowai sering terkena beberapa wabah penyakit, termasuk malaria, tuberkulosis, elephantiasis dan anemia, dan apa yang dia sebut ‘kompleks khakhua.’ Korowai tidak memiliki pengetahuan tentang kuman mematikan yang menduduki hutan mereka, dan begitu percaya bahwa kematian misterius disebabkan oleh khakhua, atau penyihir yang mengambil bentuk laki-laki.”

Menurut pemandu Raffaele, Kembaren “Banyak khakhua dibunuh dan dimakan setiap tahun.”

Dalam sebuah wawancara yang dilakukan Raffaele dengan pemimpin suku, dia menjelaskan alasan orang Korowai mempraktikkan kanibalisme.

“Bagi Korowai, jika seseorang jatuh dari rumah pohon atau terbunuh dalam pertempuran maka alasan kematian mereka cukup jelas. Tetapi mereka tidak memahami mikroba dan kuman, jadi ketika seseorang mati secara misterius, mereka percaya itu adalah karena seorang khachua , penyihir lelaki yang datang dari akhirat. ”

“Seorang khakhua harus dibunuh dengan cara dimakan. Sebab khakhua sebenarnya adalah orang mati. Memakan mereka dianggap sebagai sistem keadilan terbaik."

Diolah dari artikel Tribunpapua.com