TRIBUNSORONG.COM, AIMAS - Yuliance Y B Ulim atau lebih akrab dipanggil Yunita, adalah seorang seniman pangan asal Suku Moi wilayah Sorong, Papua Barat Daya.
Ia adalah penggagas adanya pengolah bumbu asin dari pelepah nipah yang sudah berkualitas ekspor.
Selain sebagai Pemilik Sinagi Papua, Yunita Ulim juga saat ini menjabat sebagai Lurah di Kelurahan Malagusa, Distrik Aimas, Kabupaten Sorong.
Dibimbing oleh program Seniman Pangan dari Javara Indonesia pada tahun 2020, Yunita telah mempelajari berbagai teknik pengolahan pangan untuk diterapkan pada bahan pangan lokal yang tumbuh di Tanah Papua.
Pengetahuannya yang luas akan tradisi leluhur yang ia pelajari dari nenek dan ibunya serta daya juangnya yang kuat telah membuatnya berhasil merintis UMKM Sinagi Papua.
Brand asal Papua yang sekarang telah memiliki empat produk unggulan, yaitu: bumbu asin nipah, keripik umbi tiga warna, kerupuk sagu, dan teh Moi Kamlowele.
Sinagi Papua telah memiliki NIB (Nomor Induk Berusaha) dan sudah mendapatkan P-IRT atau Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga.
Kegigihannya dalam merintis UMKM berbasis pangan lokal Papua telah membuatnya turut diundang dan berpartisipasi dalam berbagai pameran dan acara, seperti ketika kunjungan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno ke Kota Sorong di tahun 2021.
Kemudian, ia juga pernah menjadi narasumber mengenai peranan perempuan Papua dalam pembangunan di Papua pada acara Kementerian Kominfo.
Selain itu, ia turut aktif menjadi pemateri dalam pengolahan pangan lokal bersama Dinas Pariwisata Kota Sorong dan generasi gereja bersama pemuda Gereja EKLESIA Klasanan.
Pada tahun 2022 Sinagi Papua juga telah ikut serta dalam berbagai pameran, yakni: pameran Kementerian Pariwisata di Bali, pameran Pembangunan Kota Sorong, dan pameran HUT Kabupaten Sorong.
Sinagi juga berkolaborasi dengan mahasiswa S2 asal Indonesia yang sedang berkuliah di University of the Arts London, Salsabila Andriana serta desainer asal Jakarta, Dian Ayuningtyas. Kolaborasi ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2023, di mana tiga sekolah (SMA YPK Bethel, SMPN 1, dan SMAN 2) berpartisipasi dalam lokakarya bertema Ekspresi Pangan Lokal Papua.
Dalam lokakarya ini, murid-murid membuat karya seni kolaboratif terkait pangan lokal dan diajarkan cara mengolah bahan pangan yang tumbuh di Tanah Papua tapi relatif jarang diolah oleh orang-orang yang berdomisili di Papua sendiri.
Contohnya seperti pembuatan selai mangga dari mangga bacang dna mangga telur, pembuatan selai kacang dari kacang tanah asal Maybrat, pembuatan keripik nanas, stik tiga warna dari petatas dan keladi, serta minuman bunga telang.
Peserta diajak untuk mencari bahan baku di rumah-rumah warga sekitar area pelaksanaan acara untuk melakukan langsung pemberdayaan masyarakat melalui proses pembelian produk yang mereka tanam di kebun halaman.