TRIBUNSORONG.COM, SORONG - Misa Kamis Putih di Gereja Katolik Santo Arnoldus Janssen, Malanu, Kota Sorong, Papua Barat Daya berlangsung hikmat.
Pantaun TribunSorong.com, Misa dimulai sekira pukul 19.00 WIT dan dipimpin Pastor rekan Pater Krispianus Panda Lewa, SVD, Kamis (28/3/2024).
Baca juga: Ini Makna Adorasi Sakramen Maha Kudus di Gereja Katolik
Ribuan umat berbaju putih tumpah rua memadati kursi di dalam gereja maupun di luar.
Pastor Krispianus Panda Lewa, SVD mengatakan, perayaan Kamis Putih merupakan bagian dari Pekan Suci Paskah 2024, sehingga tata perayaan berbeda dengan hari Minggu biasa.
Kamis Putih bagian dari perayaan untuk mengenangkan Kembali apa yang dilakukan dan dikatakan Tuhan pada malam sebelum wafat-Nya.
“Ketika ia berkumpul bersama para Rasul untuk makan bersama dengan mereka. Itulah perjamuan malam mereka yang terakhir kalinya,” katanya.
Baca juga: Suasana Misa Minggu Palma di Gereja Katolik Santo Arnoldus Janssen Sorong
Selain itu, lanjut dia, Kamis Putih ini merupakan malam Yesus menyerahkan diri kepada musuh-musuh-Nya yang akan menyalibkan dia.
Makanya hari Kamis Putih merupakan perayaan kenangan perjamuan malam terakhir Yesus bersama para murid-Nya.
Perjamuan terakhir Yesus bersama murid-Nya bukanlah perjamuan keputusasaan dan kesedihan.
Melainkan perjamuan yang penuh keakraban, persaudaraan dan penuh makna.
Perjamuan itu simbol penyerahan hidup-Nya yang total.
Baca juga: Pj Bupati Maybrat Bernhard Rondonuwu Tinjau Perbaikan Gedung Gereja Katolik Santo Petrus Ayata
Tubuh dan darah-Nya diberikan demi keselamatan murid-murid-Nya.
“Itulah ekaristi kudus, kenangan kurban salib Kristus,” ucapnya.
Katanya lagi, pemberiaan diri Yesus yang sehabis-habisnya itu dilambangkan pula dalam upacara pembasuhan kaki para Rasul.
Untuk semua pengorbanan dan cinta Tuhan, ucapnya, umat beriman sekalian diajak memberi pelayanan yang sama yakni rela melayani dengan kasih dan cinta.
“Itu sumber kekuatan akan senantiasa ditemukan saat kita rayakan perjamuan Tuhan dalam ekaristi,” ujarnya.
Pembasuhan Kaki
Dalam misa Kamis Putih di Gereja Santo Arnoldus Janssen, Pastor Krispin sapaan akrabnya membasuh 12 murid Yesus yang diperankan oleh 12 umat paroki.
Baca juga: Bupati Raja Ampat dan Uskup Manokwari Sorong Letakan Batu Pertama Gereja Katolik Mater Dei Waisai
Peran keduaabelas murid Yesu situ tampak mengenakan pakaian adat masing-masing daerah.
Proses pembasuhan kaki dimulai saat Suster membacakan bacaan injil yang mengisahkan prosesi Yesus basuh kaki murid-murid-Nya.
Pada ayat Yesus melepas jubahnya, Pater Krispin juga ikut melepas jubahnya dan mengambil air yang sudah tersedia.
Kemudian menggunakan kain, Pater Krispin mulai membasuh satu persatu kaki 12 murid Yesus yang diperankan oleh umat.
Baca juga: Pj Bupati Maybrat Bernhard Turut Teken Prasasti pada Peresmian Gereja Katolik Santo Yoseph Ayawasi
Pater mengatakan, tradisi ini terus dipertahankan dan masih terus ada di setiap perayaan Kamis Putih.
Tradisi ini sekaligus menyatakan bahwa pelayanan dan cinta kasih Kristus bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani.
Makna pembasuhan kaki di hari Kamis Putih juga untuk menyatakan bahwa Kristus melayani sesama dengan rendah hati dan penuh cinta kasih.
Hal-hal baik yang bisa dipelajari dari perayaan Kamis Putih antara lain mempelajari tentang makna pelayanan, kerendahan hati, kebersamaan, dan kesederhanaan.
“Semua ini untuk memberikan pelajaran keteladanan mengenai penghormatan,” ucapnya.
Baca juga: Sebanyak 5 Uskup dan 60 Imam Hadiri Peresmian Gereja Katolik di Ayawasi
Ia bilang, langkah Yesus yang membasuh kaki murid-Nya adalah tindakan simbolis yang menyimbolkan penyerahan diri, pembersihan, pengampunan, pembaharuan, kerendahan hati, dan keinginan untuk menjadi hamba yang mau melayani.
“Termasuk orang yang hina sekalipun,” jelasnya.
Adorasi Sakramen Maha Kudus
Adorasi Sakramen Maha Kudus itu dilaksanakan seusai perayaan Misa Kamis Putih.
Pater Krispianus Panda Lewa, SVD selaku pastor rekan turun dari mimbar suci memegang sakramen kudus dan berjalan mengelilingi gereja.
Umat yang hadir menyaksikan Adorasi Sakrmaen Maha Kudus tersebut.
Saat Sakramen Maha Kudus melewati tempat duduk, umat langsung berlutut menyembah.
Pater Krispianus Panda Lewa, SVD menjelaskan, Adorasi Sakramen Maha Kudus adalah tindakan penyembahan kepada Tuhan yang hadir dalam rupa Hosti yang telah dikonsekrasikan.
Baca juga: Tiba di Ayawasi, Duta Besar Vatikan Pilih Jalan Kaki Menuju Gereja Katolik daripada Naik Mobil
Melalui janji yang diberikan Yesus dalam Perjamuan Terakhir 'Inilah Tubuh-Ku' dan 'Inilah Darah-Ku'.
Dan oleh kuasa Roh Kudus, maka dalam doa konsekrasi yang diucapkan imam, hosti diubah menjadi Tubuh Kristus, dan anggur menjadi darah Kristus, Sang Putra Allah.
"Dengan demikian, berdoa di hadapan Sakramen Ekaristi sama dengan berdoa di hadapan Allah sendiri," katanya.
Penghormatan terhadap Sakramen Maha Kudus ucapnya, dilakukan setiap umat berlutut atau pun memberikan hormat dihadapan tabernakel yang di dalamnya diletakkan Sakramen Maha Kudus.
Sikap hormat sebelum menerima Ekaristi/ Komuni dalam Misa Kudus, menerima sakramen tersebut juga dengan sikap yang hormat.
"Atau pun pada saat Sakramen Mahakudus ditahtakan, juga dengan membuat tanda salib setiap kali kita melewati gedung gereja Katolik," ujarnya. (tribunsorong.com/petrus bolly lamak)