TRIBUNSORONG.COM - Berikut arti kata brain rot, kondisi yang dialami oleh anak-anak dewasa ini yang perlu dihindari.
Istilah brain rot makin dikenal seiring dengan berkembangnya teknologi.
Kondisi ini sangat erat hubungannya dengan anak-anak zaman now yang sangat dekat dengan berbagai peralatan digital.
Untuk itu, para orang tua perlu memahami apa arti kata brain rot dan apa saja bahayanya.
Baca juga: Apa Arti Kata Isra Miraj? Perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah, lalu Sidratul Muntaha
Baca juga: Apa Arti Kata YONO? Tren Gaya Hidup Kekinian Saingi YOLO, Pilih Mana?
Apa itu brain rot?
Brain rot adalah istilah untuk menggambarkan obsesi berlebihan ini diambil dari kata dalam bahasa Inggris, yakni brain, yaitu otak, dan rot, yaitu membusuk.
Brain rot digunakan untuk merujuk pada situasi di mana seseorang terlalu terpaku pada hal tertentu akibat konsumsi konten digital yang berlebihan sehingga otaknya “membusuk”.
Meski terkesan konyol, istilah ini memiliki makna yang lebih dalam, terutama jika dikaitkan dengan perkembangan anak.
Menurut Psikolog, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi., brain rot adalah istilah untuk suatu kondisi di mana otak terpaku dalam satu aktivitas yang monoton.
“Sehingga, akibatnya otak tidak tertantang untuk berkembang, berpikir kritis, dan sebagainya,” ujarnya dalam konferensi pers peluncuran kampanye #BanggaJadiBunda di Plaza Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (10/12/2024).
Salah satu aktivitasnya adalah scrolling media sosial selama berjam-jam sehingga mengganggu produktivitas kita.
Hal ini bisa menyebabkan penurunan kemampuan otak dalam beradaptasi dengan hal baru, dan menghambat perkembangan kognitif secara keseluruhan.
Baca juga: Apa Arti Kata Merry Christmas, Selalu Diucapkan Saat Natal, Ternyata Begini Asal-Usulnya
Baca juga: Apa Arti Kata Good Girl Syndrome? Istilah Viral Terkait Kondisi Seorang Perempuan, Cek Tandanya
“Dampak psikologisnya besar sekali. Dalam usia anak-anak, otak sedang berkembang serta mengasah kemampuan untuk berpikir kreatif dan kritis,” jelasnya.
Menggulirkan lini masa media sosial berarti kita terlibat dalam komunikasi yang bersifat hanya satu arah dan kita berposisi sebagai penerima informasi.
Perubahan tampilannya pun juga sangat cepat, dari satu konten ke konten yang lain.
“Ketika anak hanya menggulir di media sosial, belum selesai mencerna satu konten, tapi sudah muncul yang lain,” katanya.