Apakah masyarakat telah benar-benar memahami pentingnya pencegahan DBD dari rumah tangga masing-masing? Atau justru terdapat hambatan struktural, seperti keterbatasan fasilitas kesehatan dan kurangnya surveilans epidemiologi di tingkat lokal?
Baca juga: Ramalan Zodiak Kesehatan Hari Ini Rabu 16 April 2025: Cancer Sagitarius Bugar, Capricorn Demam
Beberapa faktor utama berkontribusi terhadap tingginya angka kematian akibat DBD di Kota Sorong dan semuanya saling berkaitan dalam lingkaran permasalahan yang kompleks.
Jika ditelusuri dari sisi host (dalam hal ini manusia sebagai inang virus) pola hidup masyarakat menjadi salah satu aspek yang paling signifikan.
Banyak warga yang belum terbiasa menggunakan kelambu saat tidur, terutama di malam hari ketika nyamuk Aedesaegypti masih bisa aktif.
Penggunaan lotion antinyamuk juga masih rendah, terutama di kalangan anak-anak dan lansia yang justru merupakan kelompok paling rentan.
Di samping itu daya tahan tubuh yang rendah akibat kurang tidur, kelelahan, stres, dan pola makan yang tidak seimbang memperbesar peluang seseorang untuk mengalami infeksi berat.
Masyarakat yang mengalami infeksi sekunder atau sudah pernah terkena dengue sebelumnya juga lebih berisiko mengalami DBD berat (severe dengue) yang dapat menyebabkan perdarahan internal dan syok.
Di Kota Sorong, kurangnya pemahaman mengenai fase-fase klinis penyakit ini terutama fase kritis yang sering disalahartikan sebagai fase sembuh karena demam menurun menyebabkan pasien dibawa ke rumah sakit dalam kondisi yang sudah terlambat.
Faktor lingkungan juga tidak bisa diabaikan. Banyaknya tempat genangan air seperti pot bunga, ember bekas, dan saluran air yang tersumbat memberikan ruang berkembang biak bagi nyamuk Aedes aegypti.
Baca juga: Mulai Tahun Ini Masuk Seluruh Sekolah Negeri di Kota Sorong Gratis, Sekolah Swasta?
Selain itu, hunian yang padat penduduk dengan sanitasi buruk dan ventilasi minim turut mempercepat penyebaran virus dengue.
Berbagai upaya telah digencarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota Sorong dalam rangka menekan angka kasus serta mencegah kematian akibat Demam Berdarah Dengue (DBD).
Baca juga: Pidato Gubernur Elisa Kambu di Depan Lulusan SMA Negeri 3 Kota Sorong “Kalian Harus Lebih dari Saya”
Langkah-langkah strategis seperti fogging atau pengasapan di wilayah yang teridentifikasi sebagai zona merah telah menjadi salah satu andalan utama.
Fogging dilakukan dengan tujuan memutus siklus hidup nyamuk dewasa pembawa virus dengue.
Di sisi lain, pendekatan berbasis pemberdayaan masyarakat melalui edukasi tentang 3M Plus menguras tempat penampungan air, menutup rapat wadah air, dan mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menampung air, serta menambahkan langkah-langkah preventif seperti penggunaan kelambu, larvasida, dan lotion antinyamuk terus disosialisasikan secara massif melalui berbagai kanal termasuk di sekolah dan rumah ibadah.
Salah satu inovasi yang juga telah diperkenalkan di tingkat nasional dan mulai dilakuakn secara bertahap adalah G1R1J (Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik).
Baca juga: 237 Calon Jemaah Haji Kota Sorong Siap Berangkat, Kemenag Pastikan Persiapan Capai Tahap Akhir