Kota Sorong

Kematian Akibat DBD di Kota Sorong: Analisis Faktor Risiko dan Evaluasi

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

OPINI - Tiara Shaman Datu Mahasiswa Mahasiswa Universitas Kristen Duta Wacana Program Studi Biologi Fakultas Bioteknologi Yogyakarta.

Gerakan ini bertujuan untuk menciptakan kader-kader pengawas jentik nyamuk di tingkat rumah tangga, agar masyarakat bisa aktif dan mandiri dalam melakukan pemberantasan sarang nyamuk di lingkungan mereka sendiri tanpa selalu bergantung pada petugas kesehatan.

Namun sayangnya, tantangan dalam pelaksanaan program-program ini masih cukup besar di lapangan. 

Salah satu kendala paling umum adalah rendahnya keterlibatan aktif masyarakat. 

Baca juga: Tumpukan Lumpur di Jalan Ahmad Yani Kota Sorong Mulai Dibersihkan, Akses Lalu Lintas Kembali Normal

Banyak warga yang masih menganggap pengendalian DBD adalah semata-mata tanggung jawab pemerintah atau petugas kesehatan bukan urusan pribadi atau komunitas. 

Akibatnya, program seperti G1R1J sering kali hanya berjalan di awal kampanye namun melemah di mtengah jalan karena kurangnya monitoring dan motivasi lanjutan.

Meskipun program telah berjalan, data menunjukkan bahwa strategi pengendalian belum sepenuhnya efektif. 

Tingginya angka CFR di Kota Sorong mengindikasikan bahwa deteksi dini dan penanganan cepat belum merata. 

Faktor ini sangat krusial mengingat fase kritis DBD sering terjadi saat demam turun dan banyak masyarakat yang keliru menganggapnya sebagai tanda membaik. 

Di sisi lain, kurangnya integrasi antara edukasi masyarakat, infrastruktur lingkungan, dan sistem kesehatan memperburuk efektivitas penanggulangan. 

Baca juga: Tumpukan Lumpur di Jalan Ahmad Yani Kota Sorong Mulai Dibersihkan, Akses Lalu Lintas Kembali Normal

Perlu adanya pendekatan yang lebih holistik dan berkelanjutan dalam menanggulangi DBD di Kota Sorong. 

Edukasi masyarakat harus lebih intensif dan melibatkan tokoh lokal, sekolah, serta media sosial sebagai saluran komunikasi efektif.

Penguatan surveilans dan pemantauan jentik oleh kader kesehatan juga penting untuk mengidentifikasi potensi wabah sejak dini.

 

Selain itu, strategi berbasis komunitas seperti kebun herbal pengusir nyamuk, kolam ikan antijentik, dan gotong royong membersihkan lingkungan perlu didorong sebagai solusi jangka panjang. 

Fakta-fakta tersebut menempatkan Kota Sorong dalam sorotan kritis. Bukan hanya sebagai daerah endemis DBD tetapi juga sebagai indikator kelemahan sistem pengendalian penyakit menular di wilayah Indonesia Timur. (*)