Budaya Tanah Papua

Wali Kota Sorong Ajak Generasi Muda: Jangan Malu Berbahasa Daerah, Itu Jati Diri Bangsa

Wali Kota Sorong Septinus Lobat mengajak masyarakat dan generasi muda mencintai dan melestarikan bahasa daerah sebagai identitas budaya bangsa.

Penulis: Ismail Saleh | Editor: Petrus Bolly Lamak
TRIBUNSORONG.COM/ISMAIL SALEH
CINTAA BAHASA DAERAH - Wali Kota Sorong Septinus Lobat mengajak masyarakat dan generasi muda mencintai dan melestarikan bahasa daerah sebagai identitas budaya bangsa. 

TRIBUNSORONG.COM, SORONG - Wali Kota Sorong Septinus Lobat mengajak masyarakat dan generasi muda mencintai dan melestarikan bahasa daerah sebagai identitas budaya bangsa.

“Ini momentum berharga meneguhkan kembali kecintaan terhadap bahasa dan budaya,” ujar Septinus saat menghadiri Festival Tunas Bahasa Ibu Tingkat Papua, Selasa (21/10/2025).

Baca juga: Wali Kota Sorong Yakin Anak Muda Mampu Baca Peluang dan Percepat Pertumbuhan Ekonomi

Ia mengatakan, bahasa ibu memiliki peran penting dalam pembentukan karakter dan identitas bangsa. 

Karena itu, generasi muda perlu diajak menanamkan nilai-nilai kebanggaan terhadap bahasa daerah agar tidak punah.

“Melalui festival ini, kita diajak menanamkan nilai kebanggaan terhadap bahasa daerah agar tetap hidup di tengah kehidupan modern,” katanya.

Ia menilai festival ini tidak hanya menjadi ajang perlombaan, tetapi wadah pembinaan, pelestarian, dan pengembangan bahasa daerah di Tanah Papua.

“Festival ini bukti nyata sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga pendidikan, dan masyarakat dalam menjaga kekayaan budaya bangsa,” ujarnya.

Baca juga: Tatap Muka dengan Gubernur, Warga Diaspora NTT Kota Sorong Curhat Soal Ini ke Melki Laka Lena

Lulusan S2 UGM Yogyakarta itu berpesan peserta menjunjung tinggi sportivitas dan semangat kebersamaan.

“Tunjukkan kemampuan terbaik, jadikan kegiatan ini sebagai sarana belajar, berkreasi, dan mempererat persaudaraan antardaerah,” katanya.

Baca juga: Capaian Imunisasi Masih Jauh, Dinkes Kota Sorong Gandeng UNICEF Perkuat BIAS Tahap Kedua

Lulusan S1 Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Manokwari itu mengatakan, pelestarian bahasa daerah Papua, khususnya bahasa Moi perlu dijaga.

Di wilayah adat Moi terdapat delapan sub-suku dan dialek berbeda, seperti Moi Klabra, Moi Kelin, Moi Karon, Moi Lamas, Moi Legin, Moi Maya, Moi Moraid, dan Moi Segin..

Perlu adanya intervensi pemerintah dalam menyiapkan guru bahasa daerah dan memasukkan bahasa lokal ke dalam kurikulum sekolah.

“Ke depan, jangan hanya festival atau perlombaan, tapi harus ada pembinaan guru bahasa dan intervensi dari pemerintah agar bahasa lokal tetap hidup di sekolah-sekolah,” katanya.

Baca juga: Respons Kepsek SMK Negeri 3 Kota Sorong soal Tawuran, Ungkap Penerapan Pendidikan Karakter

Ia menyinggung perbedaan kebiasaan antar suku di Papua dalam mempertahankan bahasa ibu.

Ia mencontohkan masyarakat Maybrat aktif berbahasa daerah di kehidupan sehari-hari, berbeda masyarakat Moi mulai malu menggunakan bahasa lokal di depan suku lain.

“Padahal itu jati diri kita,” ujarnya.

Menurutnya, rasa bangga menggunakan bahasa daerah harus terus ditanamkan, sebagaimana masyarakat Jawa tetap berbahasa daerah di mana pun mereka berada.

“Orang Jawa itu tidak malu. Di mana pun mereka bicara bahasa Jawa. Itu contoh bagaimana bahasa menjadi identitas,” pungkas dia. (tribunsorong.com/ismail saleh)

Sumber: TribunSorong
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved