Kartini Papua Barat Daya

Empat Pemimpin Perempuan Papua Barat Daya

Walaupun hanya mengenyam pendidikan sampai pada usia 12 Tahun, hal tersebut tidak menyulutkan api semangatnya untuk tetap belajar. 

Penulis: Misael Membilong | Editor: Milna Sari
TRIBUNSORONG.COM/ MISAEL MEMBILONG
Barbalina Osok (kiri), Netty Howay (tengah), Wehelmina Kambuaya (kanan). 

TRIBUNSORONG.COM, SORONG -  Raden Ajeng Kartini merupakan sosok emansipasi yang mencetuskan lahirnya kesetaraan gender dan kesamaan kelas sosial dalam masyarakat Indonesia. 

R.A. Kartini sebagai ikon emansipasi wanita.

Walaupun hanya mengenyam pendidikan sampai pada usia 12 Tahun, hal tersebut tidak menyulutkan api semangatnya untuk tetap belajar. 

Semangat Kartini untuk memperjuangkan kesetaraan dan kesamaan kelas sosial lahir dari pandangannya terhadap kemampuan dan kebebasan berfikir perempuan eropa pada masa itu, yang jika dibandingkan dengan kondisi perempuan Indonesia sangatlah tertinggal jauh.

Ucapan Idulfitri 1444 Hijriah Kanim Kelas II TPI Sorong.
Ucapan Idulfitri 1444 Hijriah Kanim Kelas II TPI Sorong. (TribunSorong.com)

 

Latar belakang sejarah Indonesia menunjukkan bahwa perempuan ialah jenis kelamin yang berada pada strata kedua dalam masyarakat yang hanya berperan di “dapur, sumur, dan kasur.” 

Tilas sejarah inilah yang memenjara ruang gerak  perempuan hingga melahirkan stigma dalam masyarakat bahwa perempuan ialah sosok yang tidak setara dan sebanding dengan laki-laki.

Perempuan dianggap tidak dapat memiliki peran yang besar dalam masyarakat, tidak layak untuk berpendidikan tinggi, tidak dapat menjadi seorang pemimpin negeri, bahkan hanya menduduki strata kedua yang berada dibawah kendali laki-laki.

Di Papua, para perempuan  yang sering disebut “mama-mama Papua”  merupakan pemain utama dalam menggerakan perekonomian, khususnya di bidang pertanian, melalui penjualan sayur hasil berkebun.

Namun, bagaimana dengan peran perempuan Papua dalam ranah publik dan pengambilan kebijakan?


Sampai hari ini, masih sangat sedikit perempuan Papua yang menduduki jabatan publik, baik di level nasional maupun daerah.

Lemahnya implementasi kebijakan afirmasi hak politik perempuan, disertai kentalnya budaya patriarki yang membebankan sepenuhnya urusan domestik pada perempuan, menjadi hambatan utama sulitnya para perempuan di Papua mengambil peran sebagai pembuat kebijakan.

Meskipun demikian, Papua Barat Daya sebagai provinsi termuda di Indonesia, telah melahirkan sosok- sosok perempuan hebat yang telah dan kini menduduki jabatan sebagai pembuat kebijakan dan pengambil keputusan publik.

Baca juga: Pendeta O Suprapto Pimpin Ibadah Minggu GKI Oikumene Bahtera Injil Kota Sorong

Tribunners, ini dia daftar perempuan hebat dari Papua Barat Daya.

1. Dr. Barbalina Osok., SE., M.Si
Sosok perempuan asli Moi (Sorong) yang berhasil mendapat gelar doktor dari Universitas Padjajaran dan kini dipercayakan menjabat Kepala Dinas Pertanahan Kabupaten Sorong.

Halaman
12
Sumber: TribunSorong
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved