Hari Pendidikan Nasional 2023

Diperingati Setiap 2 Mei, Simak Sejarah Hari Pendidikan Nasional: Ini Peran Ki Hajar Dewantara

Berikut ini adalah sejarah Hari Pendidikan Nasional yang erat dengan peranan Ki Hajar Dewantara.

Editor: Rahman Hakim
Via Tribunnews
Sejarah Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 

Akhirnya, Ia bekerja menjadi seorang wartawan di beberapa media surat kabar, seperti De Express, Utusan Hindia, dan Kaum Muda.

Selama era kolonialisme Belanda, ia dikenal karena berani menentang kebijakan pendidikan pemerintah Hindia Belanda pada masa itu, yang hanya memperbolehkan anak-anak kelahiran Belanda atau kaum priyayi yang bisa mengenyam bangku pendidikan.

Kritiknya terhadap kebijakan pemerintah kolonial menyebabkan ia diasingkan ke Belanda bersama dua rekannya, Ernest Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo.

Ketiga tokoh ini kemudian dikenal sebagai “Tiga Serangkai”.

Usai kembali ke Indonesia, ia kemudian mendirikan sebuah lembaga pendidikan Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau Perguruan Nasional Tamansiswa.

Tiga Semboyan Ki Hadjar Dewantara

Ki Hadjar Dewantara memiliki semboyan yang selalu ia terapkan dalam sistem pendidikan.

Secara utuh, semboyan itu dalam bahasa Jawa berbunyi: "Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani".

Arti dari semboyan tersebut adalah:

Ing Ngarsa Sung Tulada - Di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik.
Ing Madya Mangun Karsa - Di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide.
Tut Wuri Handayani - Dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan.

Sampai sekarang, semboyan pendidikan Ki Hadjar Dewantara tersebut sangat dikenal di kalangan pendidikan Indonesia dan terus digunakan dalam dunia pendidikan rakyat Indonesia.

Dalam Peringatan Taman Siswa ke-30 Tahun, Ki Hadjar Dewantara mengatakan, “Kemerdekaan hendaknya dikenakan terhadap caranya anak-anak berpikir, yaitu jangan selalu ‘dipelopori’, atau disuruh mengakui buah pikiran orang lain, akan tetapi biasakanlah anak-anak mencari sendiri segala pengetahuan dengan menggunakan pikirannya sendiri”.

Maksud dari pernyataan Ki Hadjar Dewantara tersebut dengan gamblang menunjukkan apa yang seharusnya lahir dari sebuah proses pendidikan, yaitu “agar anak-anak berpikir sendiri”.

Dengan begitu, mereka menjadi orisinal dalam berpikir dan bertindak. Pendidikan dianggap berhasil ketika anak mampu mengenali tantangan apa yang ada di depannya dan tahu bagaimana seharusnya mereka mengatasinya.

(TribunSorong)

 

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved