Hikmah Ramadan 2025

Merawat Kemabruran Puasa bagian 20: Dari Shabir ke Mashabir

Yang menarik untuk diperhatikan dari kisah ini ialah, Allah SWT menyebut Nabi Ayyub sebagai orang yang shabir, bukan mashabir, atau shabur.

Editor: Jariyanto
FREEPIK
MARAH - Ilustrasi marah. Nabi Ayub dikisahkan sebagai sosok yang sangat sabar sehingga ketika diberikan ujian berat oleh Allah SWT tidak marah atau dendam. Di dalam Al-Qur'an ada tiga istilah yang sering digunakan Allah dalam hal sabar, yaitu shabir, mashabir, dan shabur. 

Ketika Nabi Ayub masuk kembali ke perkampungan di dalam kota dengan wajah tampan seperti semula, maka semua orang memujanya, termasuk istrinya, namun karena sudah terlanjur bersumpah akan mencabuk istrinya kalau ia kembali sembuh.

Ia diminta Allah SWT agar menunaikan sumpahnya tanpa menimbulkan rasa sakit pada istrinya: “Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya)” (Q.S. Shad/38:44).

Yang menarik untuk diperhatikan dari kisah ini ialah, Allah SWT menyebut Nabi Ayyub sebagai orang yang shabir, bukan mashabir, atau shabur.

Baca juga: Merawat Kemabruran Puasa bagian 17: Dari Mukhlish ke Mukhlash

Di dalam Al-Qur'an ada tiga istilah yang sering digunakan Allah, yaitu shabir, mashabir, dan shabur.

Kata shabir menunjukkan kepada orang yang sabar, tetapi kesabarannya masih temporer, masih memberi batas, dan sewaktu-waktu masih bisa lepas kontrol sehingga kesabaran menjadi lenyap.

Kata mashabir berarti orang yang sabar dan kesabarannya bersifat permanen tanpa batas. 

Kalau ada orang yang membatasi kesabaran dalam kurun waktu tertentu, seperti ungkapan “tapi kesabaran kan punya batas”, maka orang itu belum masuk ketagori mashabir, sedangkan shabur hanya berlaku untuk Allah SWT.

Oleh karena itu,  satu dari 99 sifat Allah yang ditempatkan dalam asma’ yang terakhir ialah al-Sabur.

Baca juga: Merawat Kemabruran Puasa bagian 12: Memahami Peringkat Doa

Allah SWT disebut al-Shabur karena Ia sama sekali tidak terpengaruh dengan ulah dan tingkah laku hamba-Nya.

Sekufur dan sedhalim apapun hambanya Ia tetap tidak bergeming dan tetap bersedia untuk  memaafkannya.

Ini buktinya, bahwa Allah SWT sebagai Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang. (*)

Sumber: TribunSorong
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved