Kota Sorong
Kematian Akibat DBD di Kota Sorong: Analisis Faktor Risiko dan Evaluasi
Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi salah satu tantangan serius dalam dunia kesehatan masyarakat di Indonesia.
Gerakan ini bertujuan untuk menciptakan kader-kader pengawas jentik nyamuk di tingkat rumah tangga, agar masyarakat bisa aktif dan mandiri dalam melakukan pemberantasan sarang nyamuk di lingkungan mereka sendiri tanpa selalu bergantung pada petugas kesehatan.
Namun sayangnya, tantangan dalam pelaksanaan program-program ini masih cukup besar di lapangan.
Salah satu kendala paling umum adalah rendahnya keterlibatan aktif masyarakat.
Baca juga: Tumpukan Lumpur di Jalan Ahmad Yani Kota Sorong Mulai Dibersihkan, Akses Lalu Lintas Kembali Normal
Banyak warga yang masih menganggap pengendalian DBD adalah semata-mata tanggung jawab pemerintah atau petugas kesehatan bukan urusan pribadi atau komunitas.
Akibatnya, program seperti G1R1J sering kali hanya berjalan di awal kampanye namun melemah di mtengah jalan karena kurangnya monitoring dan motivasi lanjutan.
Meskipun program telah berjalan, data menunjukkan bahwa strategi pengendalian belum sepenuhnya efektif.
Tingginya angka CFR di Kota Sorong mengindikasikan bahwa deteksi dini dan penanganan cepat belum merata.
Faktor ini sangat krusial mengingat fase kritis DBD sering terjadi saat demam turun dan banyak masyarakat yang keliru menganggapnya sebagai tanda membaik.
Di sisi lain, kurangnya integrasi antara edukasi masyarakat, infrastruktur lingkungan, dan sistem kesehatan memperburuk efektivitas penanggulangan.
Baca juga: Tumpukan Lumpur di Jalan Ahmad Yani Kota Sorong Mulai Dibersihkan, Akses Lalu Lintas Kembali Normal
Perlu adanya pendekatan yang lebih holistik dan berkelanjutan dalam menanggulangi DBD di Kota Sorong.
Edukasi masyarakat harus lebih intensif dan melibatkan tokoh lokal, sekolah, serta media sosial sebagai saluran komunikasi efektif.
Penguatan surveilans dan pemantauan jentik oleh kader kesehatan juga penting untuk mengidentifikasi potensi wabah sejak dini.
Selain itu, strategi berbasis komunitas seperti kebun herbal pengusir nyamuk, kolam ikan antijentik, dan gotong royong membersihkan lingkungan perlu didorong sebagai solusi jangka panjang.
Fakta-fakta tersebut menempatkan Kota Sorong dalam sorotan kritis. Bukan hanya sebagai daerah endemis DBD tetapi juga sebagai indikator kelemahan sistem pengendalian penyakit menular di wilayah Indonesia Timur. (*)
TNI Gelar TMMD ke-124 di Papua Barat Daya, Fokus Bangun Infrastruktur dan Peningkatan Kesejahteraan |
![]() |
---|
Senam Cuci Tangan Jadi Media Edukasi Kreatif di HKG PKK Papua Barat Daya |
![]() |
---|
Puluhan Tahun Berdiri, SD di Kampung Yeflio Sorong Masih Kekurangan Guru dan Fasilitas |
![]() |
---|
Puncak Mata Lokal Fest 2025 Digelar 8 Mei, Sejumlah Menteri hingga Gubernur Jakarta jadi Pembicara |
![]() |
---|
Polresta Sorong Kota Siapkan Pemeriksaan Ahli Pidana, Tata Negara, dan Bahasa untuk Kasus NFRPB |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.