Kisah Inspiratif

Ketua STIE Bukit Zaitun Sorong Rela Tak Digaji Demi Bantu Mahasiswa Tak Mampu

Kisah inspiratif datang dari Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Bukit Zaitun Sorong Johana Kristina Nahomi Kamesrar yang akrab disapa Kak Jo. 

Penulis: Aldy Tamnge | Editor: Petrus Bolly Lamak
TRIBUNSORONG.COM/ALDY TAMNGE
PROSES AKREDITASI - Ketua STIE Bukit Zaitun Sorong, Johana Kristina Nahomi Kamesrar, soroti lamanya proses akreditasi yang membuat wisuda mahasiswa tertunda. Disampaikan saat forum bersama Wamendiktisaintek Fauzan di Unimuda Sorong, Senin (9/6/2025). 

TRIBUNSORONG.COM, AIMAS - Kisah inspiratif datang dari Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Bukit Zaitun Sorong Johana Kristina Nahomi Kamesrar yang akrab disapa Kak Jo. 

Dalam forum resmi kunjungan Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Fauzan di Universitas Pendidikan Muhammadiyah (Unimuda) Sorong pada Senin (9/6/2025), ia membagikan pengalamannya dalam mendampingi mahasiswa yang kesulitan secara ekonomi.

Baca juga: Dihadapan Wamendiktisaintek, Ketua STIE Bukit Zaitun Sorong Soroti Lambannya Proses Akreditasi

Dengan suara penuh empati, Johana mengungkapkan bahwa dirinya nyaris tidak pernah mengambil honor sebagai ketua kampus. 

Alasannya bukan karena tidak berhak, melainkan karena ia lebih memilih menggunakan dana tersebut untuk membantu mahasiswa yang kurang mampu.

“Saya hampir tidak mengambil honor, karena banyak mahasiswa kami, terutama dari Papua, yang tidak mampu membayar Rp300 ribu untuk uang ujian,” ungkapnya.

Dedikasi luar biasa itu dibuktikan dengan pengakuannya yang pernah delapan bulan tidak menerima gaji, hanya demi memastikan para mahasiswa tetap bisa mengikuti ujian.

Salah satu momen yang paling membekas dalam ingatannya adalah ketika ia menemukan beberapa mahasiswa duduk di pondok kampus saat ujian berlangsung. 

Baca juga: Wamendiktisaintek Ajak Kampus Ciptakan Suasana Nyaman dan Manusiawi bagi Mahasiswa

Saat ditanya, mereka menjawab tidak bisa ikut ujian karena belum membayar biaya.

“Saya langsung minta mereka tulis nama, jurusan, dan mata kuliah. Lalu saya antar ke dosen penguji dan bilang, ‘Izin mereka ikut ujian, nanti saya yang urus pembayarannya’,” tuturnya penuh haru.

Johana menegaskan, mimpi dan masa depan mahasiswa tidak boleh kandas hanya karena persoalan biaya yang terbilang kecil.

“Jangan impian mereka dihalangi hanya karena Rp300 ribu. Itu terlalu kecil untuk menghentikan masa depan mereka,” tegasnya.

Baca juga: Lulusan Tak Langsung Terserap Industri, Wamendiktisaintek Dorong Reformasi Kurikulum

Kisah Kak Jo menjadi bukti bahwa kepedulian dan ketulusan hati seorang pemimpin pendidikan mampu mengubah hidup banyak orang. (tribunsorong.com/aldy tamnge)

Sumber: TribunSorong
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved