Strategi Peserta PKN II Wujudkan IAIN Sorong Jadi Kampus Peradaban yang Moderat

Penulis: Petrus Bolly Lamak
Editor: Intan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dr H. M Arsyad Ambo Tua, M.Ag

Sehingga ketika terjadi perbedaan satu paham dengan paham lain itu tidak dijadikan sebagai argumen untuk menjadi perdebatan seingga ada kecenderungan untuk berada pada satu perbedaan.

“Kita mau kalau itu memang terjadi perbedaan maka itu hanya dalam konteks perbedaan pandangan. Hanya dalam konteks perbedaan pilihan, dalam artian kecenderungan memahami paham seperti ini. Tetapi moderat yang kita maksud adalah tetap memposisikan dirinya pada posisi yang ideal, tidak terlalu cenderung ke kiri dan juga tidak terlalu cenderung ke kanan. Meskipun secara pribadi juga tentu punya prinsip bahwa ada kecenderungan untuk mengamalkan salah satunya,”terangnya.

Lanjut diuraikan, seperti dalam persoalan muamalah. Kalau dalam konteks dengan muamalah bagaimana kita bisa membangun , komunikasi dengan yang lain baik itu inter agama dalam artian sesama pemeluk agama maupu antar satu pemeluk agama dengan pemeluk agama yang lain.

Jadi selain dalam tatanan akademik secara internal sesama agama juga diharapkan punya rasa toleran dengan saudara-saudara kita yang lain, meskipun itu kita berbeda agama. Tentu hal ini tidak serta merta dapat dipahami tanpa melalui proses pengetahuan yang bisa meyakinkan mereka untuk memberikan semacam penguatan. nah itu yang kita inginkan.

Karenanya lanjut Dr Arsyad, salah satu program prioritas adalah moderasi beragama.

Itu salah satu alasan mengapa kita mengangkat moderasi itu dalam konteks karena kita inginkan agar mahasiswa kita punya pengetahuan yang memadai, baik yang berkaitan dengan pengetahuan ataupun wawasan keagamaan maupun yang berkaitan dengan pengetahuan dan wawasan kebangsaan.

"Jadi antara wawasan keagamaan dan wawasan kebangsaan, apabila hal ini dimiliki oleh mahasiswa kita saya kira nanti output ataupun ending dari moderasi itu menjadi bekal baginya,” ucapnya.

Untuk wawasan kebangsaan, akan ada kegiatan-kegiatan kelompok , semacam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh ma’had dengan melibatkan narasumber dari eksternal yang terkait.

Selain kegiatan-kegiatan yang bersifat rutin, juga ada kegiatan-kegiatan yang sifatnya tentatif.

“Katakanlah seperti latihan dasar kepemimpinan, materinya itu adalah wawasan kebangsaan. Seperti yang kemarin kita lakukan pada saat PPAK,”ungkapnya.

“Dan kami pun juga ketika itu ditunjuk sebagai narasumber tentu kita akan mengangkat tentang apa itu toleransi. Nah seperti yang ingin kita jabarkan di kampus kita khususnya melalui program Ma’had Al Jamiah,” imbuh Dr Arsyad.

Dari penjelasan tentang Ma’had Al-Jamiah, Dr Arsyad bersyukur karena sebagai leader proper, tahapan jangka pendek yang harus selesai di bulan Oktober ini telah dilaksanakan.

Mulai dari konsultasi dengan Rektor IAIN Sorong sebagai mentor, pembentukan tim kerja untuk menyertai project leader serta sosialiasi proper.

Baca juga: Rektor IAIN Sorong Sebut Mahasiswa Tinggal di Mahad Al-Jamiah Selama Setahun, Beberkan Harapan Mulia

Sosialisasi proper 'Revitalisasi Ma’had Al-Jamiah IAIN Sorong jadi Kampus Peradaban yang Moderat' dilaksanakan mulai di kalangan mahasiswa hingga di kalangan pemerintah.

“Alhamadulillah setelah kita lakukan sosialiasi, membangun koordinasi dan komunikasi dengan pemerintah, baik itu pemerintah provinsi, kota dan kabupaten itu semuanya memberikan respon dan dukungan kepada kita. Baik dalam bentuk tertulis seperti dukungan maupun dalam bentuk," katanya.

Halaman
1234