Hal itu, sangat mungkin terjadi karena kultur masyarakat dan kultur birokrasi Indonesia yang feodalistik paternalistik yang mendorong rakyat menghormati orang dengan jabatan yang lebih tinggi. Kondisi tersebut.
"Ditambah lagi ada kultur asal bapak senang, yang penting beliau senang sebagai atasan, how to serve Bapak. Nah kemudian ada lagi kultur safety play, yang penting main aman. Jadi jabatan kita aman, proyek aman, maka ikutilah apa kata atasan. Maka inilah yang dikerjakan Pj-Pj yang pengangkatannya dipusatkan oleh presiden," ujar Djohermansyah. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Guru Besar IPDN Bongkar Strategi Jokowi Gunakan Pj Kepala Daerah Menangkan Prabowo-Gibran 1 Putaran