Raja Ampat

ASN di Raja Ampat Sulap Kotoran Sapi jadi Pupuk Bernilai Ekonomis, Permintaannya Tembus Jakarta

Penulis: Willem Oscar Makatita
Editor: Petrus Bolly Lamak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sahib Sangadji pemuda yang sehari-hari bekerja sebagai petugas kesehatan di Puskesmas Waigama Distrik Misool Utara Raja Ampat berhasil menyulap kotoran sapi menjadi pupuk bernilai ekonomis dan bermanfaat bagi masyarakat.

TRIBUNSORING.COM, WAISAI - Sahib Sangadji pemuda yang sehari-hari bekerja sebagai petugas kesehatan di Puskesmas Waigama Distrik Misool Utara Raja Ampat berhasil menyulap kotoran sapi menjadi pupuk bernilai ekonomis dan bermanfaat bagi masyarakat.

Setelah menginjakan kaki pertama kali di Kampung Waigama dan Salafen Distrik Misool Utara untuk menjalankan tugas sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) di Puskesmas Waigama, Sahib pun mendapatkan ide mengolah kotoran sapi yang berserakan di mana-mana.

Baca juga: Raja Ampat Tuan Rumah Konferensi Misi Nasional, Ini Agenda Pentingnya

Terlintas dibenaknya dengan keahlian yang dimiliki, Sahib Sangadji berhasil mengajak masyarakat Kampung Waigama dan Salafen untuk mengatasi masalah kotoran sapi.

"Awalnya saya hanya memberikan edukasi serta mengajari masyarakat mengelola kotoran sapi menjadi pupuk organik, satu-satunya jalan mengatasi terjadinya pencemaran lingkungan," katanya.

Ia melanjutkan, seiring berjalannya waktu masyarakat mulai berminat, sehingga dirinya berfikir mendesain formatnya agar hal ini memberi solusi dan memiliki fungsi ganda.

"Saya lalu memikirkan selain solusi mengatasi pencemaran lingkungan, juga memiliki nilai jual yang dihasilkan dari kegiatan ini nantinya seperti apa," ungkap dia.

Baca juga: Rekomendasi Partai Demokrat di Pilkada Raja Ampat Jatuh ke Ria-Benoni, Pasangan Birokrat dan Poltisi

Sahib Sangadji mengaku, dirinya mulai tergerak mengelola limbah kotoran sapi ini, berawal dari keluhan masyarakat Kampung Waigama dan Salafen yang merasa tidak nyaman dengan kotoran hewan itu.

Ia mulai mencoba memproduksi kotoran sapi menjadi pupuk organik sejak Tahun 2021. 

Baca juga: Awasi Aktivitas Orang Asing, Timpora se-Tanah Papua Diterjukan ke Raja Raja Ampat

Pupuk organik yang dikembangkan itu diberi nama ‘Pupuk Ko Sa’ atau Kotoran Sapi.

"Saat pupuk ini muncul, ternyata sudah banyak warga yang berminat. Mereka mau produksi dalam jumlah banyak agar bisa dijual kembali. Nah solusi ini sudah mulai terlihat dampak positifnya di masyarakat saat ini," jelasnya.

Baca juga: Remaja Raja Ampat Dikabarkan Hilang saat Mancing Ditemukan di Perairan Filipina, Begini Kondisinya

Pemuda asal Desa Pelauw Kabupaten Maluku Tengah ini berujar, selain memenuhi pasar lokal di Distrik Misool Utara, kini produk ‘Pupuk Sa Ko’ sudah menjangkau pasar di Kota Waisai Raja Ampat dan Kota Sorong.

Selain Kota Sorong, kata Sahib permintaan pasar saat ini juga datang dari Kota Ambon, Bula, Jayapura dan Jakarta. 

"Kami sendiri sampai saat ini belum mampu memenuhi banyak permintaan, karena yang berminat ternyata banyak. Namun kami tetap berusaha untuk memenuhi permintaan pasar, ujar dia.

Menurutnya, salah satu kendala yang dirasakan pihaknya adalah transportasi dari Misool ke Sorong, selain itu jumlah produksi masih rendah dibandingkan dengan jumlah permintaan pasar.

Ia berharap inovasi guna mengatasi pencemaran lingkungan dengan mengolah kotoran sapi menjadi barang yang ekonomis membantu masyarakat setempat tentunya dari sisi ekonomi.

Halaman
12