Penyingkiran dunia spiritual di dalam perilaku manusia bukan hanya merugikan diri sendiri tetapi juga akan merugikan orang lain, bahkan juga lebih para akan dialami alam raya.
Despiritualisasi dan dehumanisasi setiap dunia usaha, sebagaimana yang menggejala di dalam masyarakat, sudah sangat memprihatinkan.
Ada kecenderungan semua paradiga cenderung didominasi oleh unsur kebinatangan kita.
Pertimbangan nilai-nilai luhur kemanusiaan dan keagamaan sudah tergerus oleh nilai-nilai pragmatisme.
Baca juga: Program Tebar Kasih Sambut Ramadan 1446 Hijriah Sasar Kampung Mualaf Klalin Kabupaten Sorong
Segalanya diukur berdasarkan untung-rugi, bukan lagi wajar atau tidak wajar, baik atau tidak baik, benar atau salah.
Akal budi atau akhlaqul karimah tidak lagi aktif di dalam masyarakat, bahkan banyak orang yang tega berpesta dan membangun istana di atas puing-puing kehancuran saudaranya sendiri.
Jika pola kehidupan sudah seperti itu dan tidak ada usaha untuk mengatasinya, maka itu pertanda ‘lampu kuning’ bagi dunia kemanusiaan kita.
Jika demikian adanya maka alam raya pun enggan menerima kehadiran kita sebagai khalifahnya, bahkan sebaliknya ia akan menunjukkan pembangkangannya dengan berbagai cara.
Baca juga: Langkah dan Program Disperindagkop dan UKM Kabupaten Sorong selama Ramadan hingga Idulfitri 1446 H
Termasuk di antaranya dengan anomali cuaca yang sulit diprediksi, bencana alam merajalela, gunung-gunung batuk berjemaah, dan virus asing bermunculan di mana-mana.
Jika hal-hal seperti ini muncul maka mungkin inilah yang disebut Nabi Muhammad SAW sebagai tanda-tanda kecil (‘alama al-shugra) hari kiyamat akan tiba.
Dengan demikian niat luhur untuk senantiasa merawat kelestarian kemabruran ubudiyah selama sebulan Ramadhan diharapkan bisa terpelihara kesuciannya dengan niat yang luhur dan keinginan yang kuat untuk selalu dekat dengan Allah SWT. (*)