Hikmah Ramadan 2025

Merawat Kemabruran Puasa bagian 2: Dimulai dengan Niat yang luhur

Editor: Jariyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

NIAT IBADAH - Ilustrasi seorang pria berdoa. Manusia sebagai ciptaan Tuhan, dalam beribadah maupun aktivitas lainnya diawali niat. Niat yang luhur bukan diucapkan, tetapi dihayati dan diresapi sehingga terasa bahwa sesungguhnya usaha dan pekerjaan yang kita lakukan kita berbagi dengan Tuhan.

Oleh: Prof., Dr., K.H. Nasaruddin Umar, M.A. (Menteri Agama RI)

TRIBUNSORONG.COM - Niat yang luhur untuk selalu menyadarkan diri merupakan satu dari sekian upaya merawat kemabruran ibadah.

Penciptaan kondisi batin yang diawali niat dan tekad yang suci merupakan unsur yang amat penting di dalam merawat kemabruran ibadah.

Niat yang luhur bukan diucapkan, tetapi dihayati dan diresapi sedalam-dalamnya sehingga terasa bahwa sesungguhnya usaha dan pekerjaan yang kita lakukan kita berbagi (share) dengan Tuhan.

Baca juga: Hikmah Ramadan: Merawat Kemabruran Puasa bagian 1, Meneguhkan Visi Kehidupan

Keunggulan yang kita miliki ialah kekuatan niat. Kita tidak boleh lupa bahwa diri kita sebagai manusia berduplikasi dengan unsur mineral (jasadiyyah), tumbuh-tumbuhan (nabatiyyah), dan hewan (hayawaniyyah). 

Kita berada setingkat di atas binatang karena unsur spiritual (ruhiyyah), sehingga mengingat itu semua maka segenap tantangan bisa diatasi.

Kita sadar yang membedakan kita dengan binatang hanyalah unsur spiritualitas itu.

Baca juga: Jelang Ramadan, Loka POM Sorong Papua Barat Daya Perketat Pengawasan Takjil di Pasaran

Perbuatan yang kita lakukan tanpa melibatkan niat dan perencanaan yang matang maka sesungguhnya itu adalah perbuatan binatang (animal working).

Jika perbuatan itu dilakukan melalui niat dan perencanaan yang matang maka itulah perbuatan manusia (human working).

Jika perbuatan yang dilakukan di samping dengan niat dan perencanaan matang, juga dilakukan dengan melibatkan unsur spirutualitas kita yang lebih dalam maka sesungguhnya perbuatan itu disebut perbiatan yang berkeilahian (divine working).

Divine working inilah yang akan menghadirkan berkah dalam kehidupan kita.

Jika diilustrasikan pada perbuatan suami istri yang tidak melibatkan niat dan spiritualitas, melainkan hanya nafsu semata, maka sesungguhnya yang berhubungan suami isteri itu adalah binatang (animal sexuality).

Akibatnya pun bisa ditebak bahwa yang lahir dari perbuatan itu adalah “anak binatang”.

Jangan melulu menyalahkan anaka-anak remaja sekarang diwarnai dengan tawuran dan pekelahian, karena mereka itu adalah produk animal working.

Apapun pruduk animal working akan berpotensi merugikan orang lain, sungguhpun menguntungkan dirinya sendiri.

Baca juga: Loka POM Sorong Awasi Distributor dan Toko-toko Penjual Bahan Makanan selama Ramadan 1446 Hijriah

Halaman
12