Hikmah Ramadan 2025

Merawat Kemabruran Puasa bagian 10: Rahasia Pengabulan Doa

Editor: Jariyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

BERDOA - Ilustrasi seorang pria berdoa di dalam masjid. Agar doa-doa diijabah harus menerapkan etika tatkala bermunajat kepada Allah SWT.

Oleh: Prof., Dr, K.H., Nasaruddin Umar, M.A. (Menteri Agama RI)

TRIBUNSORONG.COM - Semua orang yang berdoa berharap ingin dikabulkan doanya, namun persoalannya kita sering bahkan selalu berdoa tetapi doa kita tidak diijabah Allah SWT.

Kita sering mencari sebab mengapa doa kita belum dikabulkan Tuhan, padahal kita sudah merasa maksimum telah memohonkan secara khusus kepada Allah SWT agar doa kita diterima.

Satu dari sekian faktor mengapa doa kita ditolak atau  ditunda pengabulan doa kita ialah kurangnya rasa respek dan makrifah yang mendalam kepada Allah SWT.

Baca juga: Merawat Kemabruran Puasa bagian 9: Menebar Energi Positif

Etika berdoa banyak dibahas di dalam kitab-kitab tasawuf, termasuk di dalam kitab Iḥyā’ ‘Ulūm al-Dīn, karya Imam Al-Gazali dan dalam Kitab Futuhat al-Makkiyyah dan Kitab Fushuhsh al-Hikam karya Ibn ‘Arabi. 

Keajaiban demi keajaiban bisa dirasakan oleh orang yang berdoa secara tulus.

Doa yang disampaikan etika maksimum bisa dirasakan langsung komunikasi batin itu dengan Allah SWT. Bagi kalangan sufi lebih penting berdoa daripada pengabulan doa. 

Baca juga: Merawat Kemabruran Puasa bagian 8: Membiasakan Istiqamah

Pengabulan doa belum tentu dirasakan manfaatnya secara fundamental, akan tetapi orang yang mampu merasakan hikmatnya berdoa, maka ia tidak lagi menunggu manifestasi doa tetapi paling penting baginya ialah adanya rasa keakraban  dengan Sang Pendengar Doa.

Seolah ia memahami maksud Tuhan seperti yang pernah disampaikan oleh Ibn Arabi bahwa boleh jadi penolakan doa-Mu berarti hikmah lebih besar dari pada ikan raksasa tu.

Boleh jadi doa seseorang ditolak di langit karena Tuhan menghendaki dirinya yang ke langit untuk menyaksikan sekaligus merasakan nikmatnya pemandangan etalase yang dipamerkan Tuhan di langit.

Baca juga: Merawat Kemabruran Puasa bagian 7: Lebih Banyak Diam

Di antara etika berdoa yang sering dipraktikkan oleh Imam al-Gazzali ialah, mandi taubat atau mandi junub jika seseorang sedang janabah, yakni barusaja melakukan hubungan suami isteri atau bermimpi sedang berhubungan suami isteri.

Setelah itu berturut-turut membersihkan diri dengan berwudhu yang benar, menutup aurat dengan pakaian santun dan bersih, menghadapkan badan dan muka ke arah kiblat.

Jika cukup waktu sebaiknya diawali dengan salat hajat dua rakat, setelah itu kita mengangkat kedua tanggan hingga kelihatan ketiak seperti cara Nabi Muhammad SAW berdoa, kita mengawali doa dengan membaca ta’awwuz dan basmalah, dilanjutkan dengan membaca puji-pujian (tahmid), berselawat kepada Nabi Muhammad SAW.

Kemudian dilanjutkan dengan munajat, yang intinya mengungkapkan kerendahan diri dan menyatakan kepasrahan total kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Agung dan Maha Pengampun.

Hal yang mirip juga disampaikan di dalam Kitab Risalah Qusyairiyah karya Imam Qusyairi.

Halaman
12