Kemiskinan Ekstrem

Angka Kemiskinan di Kota Sorong Tertinggi Keenam di Indonesia, BPS Ungkap Indikatornya

Penulis: Ismail Saleh
Editor: Petrus Bolly Lamak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KEMISKINAN - Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Sorong mencatat angka kemiskinan di Kota Sorong tahun 2024 mencapai 13,67 persen. Angka itu menempatkan Sorong menjadi kota dengan tingkat kemiskinan tertinggi keenam di Indonesia.

TRIBUNSORONG.COM, SORONG - Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Sorong mencatat angka kemiskinan di Kota Sorong tahun 2024 mencapai 13,67 persen.

Angka itu menempatkan Sorong menjadi kota dengan tingkat kemiskinan tertinggi keenam di Indonesia.

Baca juga: Musrenbang RPJMD Kota Sorong 2025-2029 Dimulai, Lahirkan Rencana Pembangunan 5 Tahun

Data ini dipaparkan BPS saat Musrenbang RPJMD Kota Sorong 2025–2029 di Gedung L Jitmau, Senin (25/8/2025).

BPS merinci sejumlah indikator terkait kemiskinan di Kota Sorong.

Baca juga: Pimpin Apel Pagi, Wali Kota Sorong  Soroti Masalah Jukir Liar, Kebersihan dan Pedagang Pinang

Garis Kemiskinan Rp 902.534 per kapita per bulan.

Jumlah Penduduk Miskin 40,68 ribu jiwa.

Indeks Kedalaman Kemiskinan 3,07.

Dan Indeks Keparahan Kemiskinan 1,01.

Baca juga: Pelatihan Guru Mengaji di Kota Sorong Ramai Peminat, Agenda Nasional Milad Ke-41 BKPRMI

Wali Kota Sorong Septinus Lobat menilai tingginya angka kemiskinan di Kota Sorong erat kaitannya dengan rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM).

“Kenapa kita membuat program sekolah gratis? Sekolah gratis ini diharapkan bisa meng-cover semua masyarakat yang ekonomi lemah,” katanya. 

“Karena SDM kita minim, kalau SDM minim, dampaknya besar terhadap kondisi ekonomi.” 

Septinus bilang, keterbatasan pendidikan membuat warga sulit berinovasi dan mandiri, memperburuk kondisi kemiskinan di Kota Sorong.

Baca juga: Ustaz Abdul Somad Ajak Jaga Spirit Persatuan dalam Tablig Akbar di Masjid Raya Al-Akbar Kota Sorong

Pendidikan harus dipandang sebagai investasi jangka Panjang, mengurangi angka kemiskinan.

“Kalau SDM mereka meningkat, berarti mereka bisa mandiri atau berwirausaha,” katanya.

“Tapi kalau SDM rendah, meski ada afirmasi, mereka tidak bisa berkembang.” 

Halaman
12