Festival Egek Sorong

Ada Koba-koba di Festival Egek

Ini jadi satu bukti bahwa masyarakat adat Suku Moi masih merawat dan menjaga nilai-nilai budayanya.

Penulis: Taufik Nuhuyanan | Editor: Milna Sari
TRIBUNSORONG.COM/SAFWAN ASHARI
Koba-koba atau payung tradisional dari Suku Moi yang ditampilkan pada event Festival Egek di Malaumkarta Raya, Kabupaten Sorong. 

TRIBUNSORONG.COM, AIMAS - Festival Egek Suku Moi, Kabupaten Sorong, Papua Barat Daya, menampilkan berbagai hasil produksi kearifan lokal, Rabu (7/6/2023).

Termasuk adanya kerajinan lokal yaitu Koba-koba atau Payung yang menjadi pelindung masyarakat ketika melakukan aktivitas diluar rumah.

Ini jadi satu bukti bahwa masyarakat adat Suku Moi masih merawat dan menjaga nilai-nilai budayanya.

Baca juga: Payung Mewah Masyarakat Papua, Koba-koba, Bisa Jadi Tikar hingga Kantong Bekal

Penjual Koba-koba Agustina Asmuruf mengatakan koba-koba menjadi salah satu bentuk kearifan lokal masyarakat adat Suku Moi, dan Koba-koba ini paling banyak ditemui di Kabupaten Maybrat, yang mana masyarakat memanfaatkan tumbuhan hasil hutan non kayu untuk membuat Koba-koba.

Pembuatan koba-koba sendiri bahanya dari daun Pandan Hutan yang dijahit menggunakan kulit kayu Pohon Ganemon, kemudian daun Pandan Hutan itu nantinya dijemur atau dibakar hingga berwarna kuning kecoklatan sehingga nantinya dirajut menjadi koba-koba.

Baca juga: Noken dan Koba-koba ditampilkan di Trabas dan Tour City

Peralatan yang digunakan untuk menjahit Koba-koba sendiri terdiri dari jarum (siwafu) dari tulang sayap kelelawar (marsegu), jarum marsegu bersama benang dari kulit kayu pohon ganemon. 

Koba-koba sebenarnya memiliki banyak fungsi selain sebagai payung yang digunakan saat musim hujan, Koba-koba juga dapat digunakan sebagai sarung parang, serta bisa juga untuk kantong bekal menyimpan makanan.

Selain itu, koba-koba juga bisa difungsikan sebagai tikar untuk alas tidur baik digunakan di rumah ataupun ketika bepergian ke hutan dan lainnya.

Koba-koba atau Payung tradisional masyarakat Suku Moi itu biasanya dijual dengan harga Rp250.00 per buahnya.

Baca juga: Pemprov Papua Barat Daya Dukung Keberlanjutan Festival Egek Suku Moi

"Koba-koba ini cukup ringan untuk digunakan karena terbuat dari daun dan bisa bertahan lama sampai dua tiga tahun, kami biasa menjual koba-koba ini per buahnya Rp250.00," ujarnya.

Memang untuk Koba-koba sendiri banyak di jumpai di Kabupaten Maybrat, karena sudah menjadi Payung tradisional produk warga kampung Distrik Ayamaru, Aitinyo, dan Aifat yang sering menggunakan ketika musim hujan dan panas.
(tribunsorong.com/taufik nuhuyanan)

Sumber: TribunSorong
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved