Payung Mewah Masyarakat Papua, Koba-koba, Bisa Jadi Tikar hingga Kantong Bekal
Koba-koba adalah payung tradisional dari Tanah Papua yang banyak ditemui pada masyarakat Maybrat, di Kabupaten Maybrat.
Penulis: Taufik Nuhuyanan | Editor: Milna Sari
TRIBUNSORONG.COM, AIMAS - Papua bukan hanya memiliki banyak keunikan dan keindahan alam yang terkenal, tetapi ada juga warisan budaya yang harus dilestarikan seperti adanya rajutan Noken hingga Koba-koba yang terkenal hingga ke mancanegara, Minggu (21/5/2023).
Koba-koba menjadi salah satu rajutan tradisional yang menjadi pelindung masyarakat ketika melakukan aktivitas diluar rumah ketika hujan, yang dikenal sebagai Koba-Koba atau Payung.

Koba-koba adalah payung tradisional dari Tanah Papua yang banyak ditemui pada masyarakat Maybrat, di Kabupaten Maybrat.
Koba-koba menjadi salah satu bentuk kearifan lokal masyarakat Papua, khususnya warga Kabupaten Maybrat dengan memanfaatkan tumbuhan hasil hutan non kayu.
Baca juga: Noken dan Koba-koba ditampilkan di Trabas dan Tour City
Koba-koba sendiri terbuat dari daun Pandan Hutan yang dijahit menggunakan kulit kayu Pohon Ganemon, daun Pandan Hutan itu nantinya dijemur atau dibakar hingga berwarna kuning kecokelatan sehingga nantinya dirajut menjadi koba-koba.
Seorang Pedagang Koba-koba Agustina Asmuruf mengatakan Payung tradisional produk warga kampung Distrik Ayamaru, Aitinyo, dan Aifat itu dihargai Rp250.00 per buahnya.
"Koba-koba ini cukup ringan untuk digunakan karena terbuat dari daun dan ini bisa bertahan lama sampai tiga tahun," ujar Agustina kepada TribunSorong.com.
Lanjutnya, Koba-koba juga memiliki sifat anti air sehingga selain untuk berteduh dari sengatan matahari, koba-koba juga bisa digunakan sebagai payung ketika hujan.
Selain koba-koba yang memiliki fungsi utama sebagai payung yang digunakan masyarakat ketika musim hujan, ternyata Koba-koba juga bisa digunakan sebagai sarung parang dan kantong bekal untuk menyimpan makanan.
"Koba-koba sebenarnya punya banyak fungsi ketika koba-koba dilipat, maka koba-koba bisa digunakan sebagai wadah parang saat pergi berkebun, kantong bekal, dan tempat untuk menyimpan surat-surat," tuturnya.
Selain itu, koba-koba juga bisa difungsikan sebagai tikar untuk alas tidur baik digunakan dirumah ataupun ketika bepergian ke hutan dan lainnya.
Koba-koba menjadi salah satu bukti kearifan lokal masyarakat Papua, yang perlu dilestarikan dan tetap dijaga, karena keberadaan koba-koba menjadi bukti bahwa Tanah Papua memiliki ragam warisan budaya yang harus tetap dijaga.
(tribunsorong.com/taufik nuhuyanan)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.