HUT 21 Raja Ampat
Pesan Peting Tarian Woor saat Karnaval Budaya Nusantara di Raja Ampat
Peserta karnaval perwakilan Distrik Waigeo Selatan Raja Ampat menampilkan salah satu budaya turun-temurun sejak zaman dulu.
Penulis: Willem Oscar Makatita | Editor: Petrus Bolly Lamak
TRIBUNSORONG.COM, WAISAI - Karnaval budaya nusantara yang digelar dalam rangka memeriahkan HUT ke-21 Kabupaten Raja Papua Barat Daya menampilkan berbagai busana adat serta budaya masyarakat pribumi.
Baca juga: Karnaval Budaya Nusantara Meriahkan HUT ke-21 Raja Ampat, Bupati AFU Ajak Hidup Saling Mengasihi
Peserta karnaval perwakilan Distrik Waigeo Selatan Raja Ampat menampilkan salah satu budaya turun-temurun sejak zaman dulu.
Peserta dari Kampung Saporkren Distrik Waigeo Selatan Raja Ampat membawakan sebuah tarian adat yang bernama Tari Woor.
Baca juga: Wizz Baker Bakal "Kasih Fly" Masyarakat di Pantai WTC, Malam Puncak HUT Ke-21 Kabupaten Raja Ampat
Tarian ini pada zaman dulu menggambarkan kebersamaan masyarakat di Kampung Saporkren saat mencari nafkah.
Menurut sinopsis tentang Tari Woor yang dibacakan saat peserta karnaval dari Distrik Waigeo Selatan memasuki finish di Pantai WTC, tari ini menceritakan kisah kehidupan masyarakat setempat.
Di mana ketika itu pemimpin Woor akan mencari nafkah, disitulah ia harus mengajak keluarga dan kelompoknya untuk mengangkat hati (berdoa) kepada sang Pencipta dan alam semesta.
Hal itu dilakukan agar dalam perburuannya baik di hutan maupun di laut akan mendapat rezeki yang melimpah.
Baca juga: Berhasil Bangun Raja Ampat, Bupati AFU Komitmen Tinggalkan Kesan Baik di Akhir Masa Jabatan
Dalam parade karnaval itu, peserta dari Distrik Waigeo Selatan melantunkan syair-syair Woor guna memberikan semangat agar kelompok Woor termotivasi.
Hal itu dimaksudkan agar Pemimpin Kelompok Woor dan keluarganya lebih semangat dan termotivasi untuk mencari nafkah.
Lewat peran yang ditampilkan peserta dalam karnaval budaya nusantara itu, diakhir penampilan Tari Woor menggambarkan Pimpinan Woor bersama kelompoknya menyampaikan terima kasih kepada sang Pencipta atas hasil yang didapat.
Hasil perburuan itu kemudian akan diolah dan mereka menikmatinya secara bersama-sama.
Baca juga: Festival Suling Tambur, Tarian Adat "Setan Gamutu" Sita Perhatian Masyarakat Raja Ampat
Pada zaman itu masyarakat di Pulau Waigeo masih hidup secara berkelompok.
Tarian ini menggambarkan kehidupan manusia yang selalu mengandalkan Tuhan sang Pencipta pemberi rezeki dalam segala hal.
Baca juga: Masyarakat Raja Ampat Antusias Menyaksikan Pegelaran Festival Suling Tambur, Sangat Menghibur
Selalu bersyukur atas berkat yang Tuhan berikan. (tribunsorong.com/willem oscar makatita)
Festival Suling Tambur, Songsong HUT ke-21 Raja Ampat Papua Barat Daya |
![]() |
---|
Pilkada Raja Ampat, Orideko Burdam Resmi Daftar ke Markas Hanura dan NasDem |
![]() |
---|
Honorer Antre Berjam-jam saat Verifikasi Berkas, Begini Penjelasan Kepala BKPSDM Raja Ampat |
![]() |
---|
17 Peserta Tari Yosim Pancar Sambut HUT ke-21 Kabupaten Raja Ampat |
![]() |
---|
266 Calon Anggota PPD Raja Ampat Lolos Seleksi Administrasi, Bersiap Ujian Tertulis, Cek Jadwalnya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.