Organisasi Pemuda

Raja Yogyakarta Sri Sultan HB X dan Para Ketum Pemuda Lintas Agama Kumpul di Gunung Merapi, Ada Apa?

Para pimpinan pusat organisasi pemuda ini hadir di Merapi atas undangan pihak keraton yang merupakan pertemuan bersejarah setelah 80 tahun.

Editor: Jariyanto
ISTIMEWA
Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X bersama para ketua umum organisasi pemuda lintas agama ke Gunung Merapi tepatnya di Nawang Jagad, Kaliurang, Pakembinangun, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta pada Senin (20/1/2025). 

Melalui penanaman yang makin banyak ini akan kembali menimbulkan air.

"Mudah-mudahan teman-teman lintas agama bisa mengajak OKP yang lain untuk bersama-sama menanam yang lebih luas lagi," ucapnya.

Filosofi tanam

Menurut Stefanus Asat Gusma penanaman 100 pohon antara Kraton Yogyakarta bersama organisasi kepemudaan lintas agama, menjadi bukti nyata kolaborasi lintas iman dan generasi dalam menjaga kelestarian lingkungan.

Gusma menekankan pentingnya aksi nyata untuk merawat lingkungan, yang ia kaitkan dengan filosofi Memayu Hayuning Bawana dari Keraton Yogyakarta serta ensiklik Paus Fransiskus, Laudato Si tentang merawat rumah bersama yakni bumi.   

Gusma juga menegaskan bahwa menjaga lingkungan adalah bagian tak terpisahkan dari menjaga Indonesia dan dunia dari ancaman bencana.

“Ketika alam kita rawat, ia akan bersahabat dengan kita. Demikian pula sebaliknya," katanya.

Baca juga: Ditakdirkan Jadi Sultan! Simak 5 Tanda Bintang Punya Sifat Zodiak Jadi Orang Kaya, Ada Virgo

Oleh karena itu, Gusma menyerukan kepada para pemuda untuk mengambil peran lebih besar dalam isu lingkungan. 

Adapun, Addin Jauharudin melihat hubungan filosofis antara pohon dan Indonesia.

Ia mengibaratkan, pohon dengan negara Indonesia, yang mana tumbuhnya dahan, ranting, daun dan bunga dari satu pohon merupakan cerminan Indonesia.

Pohon Indonesia harusnya tumbuh mekar dan menghasilkan buah  kesejahteraan, keamanan dan kenyamanan bagi para penduduk nya.

Sementara akar pohon adalah kerajaan kerajaan nusantara yang telah membentuk perlintasan agama, budaya dan tradisi dan melahirkan republik indonesia

"Oleh karena itu, kita harus melihat sejarah di mana Indonesia berasal dari kumpulan kerajaan-kerajaan. Indonesia jangan dipisahkan dari akarnya yakni kerajaan-kerajaan yang dulu membangun negara Indonesia," kata Addin. 

"Tugas bangsa Indonesia adalah memupuk dan merawatnya  dengan menyiram, memberi pupuk, membersihkan dari rumput ilalang dan memberi jalan sinar matahari untuk terus bisa hidup sehat tumbuh berkembang dan maju."

Menurut Addin, nilai luhur yang berasal dari kerajaan-kerajaan merupakan kearifan lokal.

Oleh karenanya membangun Indonesia  Emas harus menggunakan kearifan lokal sebagai akar pembangunan. 

Halaman
1234
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved