Hikmah Ramadan 2025
Merawat Kemabruran Puasa bagian 15: Dari Taubat Inabah ke Istijabah
Taubat paling standar ialah orang yang sadar dari lumpur maksiat kemudian meninggalkan seluruh kebiasaan-kebiasan buruk lamanya.
Oleh: Prof., Dr., K.H. Nasaruddin Umar, M.A. (Menteri Agama RI)
TRIBUNSORONG.COM - Dalam artikel terdahulu dijelaskan bahwa taubat mempunyai berbagai tingkatan.
Taubat paling standar ialah orang yang sadar dari lumpur maksiat kemudian meninggalkan seluruh kebiasaan-kebiasan buruk lamanya.
Berjanji dan bertekad agar sungguh-sungguh meninggalkan seluruh kebiasaan lamanya yang buruk.
Baca juga: Merawat Kemabruran Puasa bagian 14: Dari al-Taib Menuju al-Tawwab
Orang yang tidak sekadar meninggalkan dosa dan maksiat tetapi sudah mengganti kelakuannya dengan amal-amal kebajikan.
Orang yang tidak saja memperbanyak amalan ibadah dan sosial tetapi sudah masuk ke wilayah hakikat, sebagaimana layaknya kehidupan para arifin lainnya.
Orang yang sedetik melupakan Tuhan sama dengan melakukan dosa besar. Ini yang paling tinggi dan paling sulit dicapai seorang hamba.
Syekh Ibn ‘Athaillah membedakan dua jenis taubat, yaitu taubat inabah dan taubat istijabah.
Baca juga: Merawat Kemabruran Puasa bagian 13: Antara Istigfar dan Taubat
Taubat inabah ialah sikap taubat seseorang hamba yang didorong oleh rasa takut terhadap dosa dan maksiat yang telah dilakukannya, sehingga terbayang di benaknya kerugian besar di dunia dan siksa dan malapetaka Tuhan yang amat pedih di neraka.
Dalam suasan takut seperti itu ia menyerahkan diri, bertaubat, dan memohon pengampunan kepada Allah SWT.
Ia selalu membayangkan api neraka yang akan menyiksa dirinya seandainya Allah tidak memaafkannya.
Baca juga: Merawat Kemabruran Puasa bagian 12: Memahami Peringkat Doa
Siang dan malam selalu melakukan ketaatan kepada Allah dengan harapan amal kebajikan bisa mengikis habis segala dosa-dosanya, sebagaimana firman-Nya: Inna al-hasanat yudzhibna al-sayyi’at (sesungguhnya amal kebajikan menghapuskan segala dosa).
Sedangkan taubat istijabah merupakan bentuk taubat seorang hamba yang malu terhadap kemuliaan Tuhannya.
Taubat dalam tahap ini tidak lagi membayangkan Allah SWT sebagai Maha Pembalas terhadap segala dosa dan maksiat sebagaimana dalam tahap taubat inabah.
Taubat istijabah ketika seseorang lebih merasa tersiksa rasa malu terhadap Tuhannya ketimbang panasnya api neraka-Nya. Yang membuat seseorang tersiksa ialah betapa pedihnya jika terbebani rasa malu yang amat dalam terhadap Allah SWT.
Merawat Kemabruran Puasa bagian 30-habis: Dari Religiousness dan Religious Mindedness |
![]() |
---|
Merawat Kemabruran Puasa bagian 29: Dari Salam, Islam, dan ke Istislam |
![]() |
---|
Merawat Kemabruran Puasa bagian 28: Dari Sufi Palsu ke Sufi Sejati |
![]() |
---|
Merawat Kemabruran Puasa bagian 27: Dari Wirid ke Warid |
![]() |
---|
Merawat Kemabruran Puasa bagian 26: Dari Ta'abbud ke Isti'anah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.