Bahasa Daerah

Lembaga Masyarakat Adat Tehit Mendukung Penuh Program Revitalisasi Bahasa Daerah

Hal ini mencakup pemerintah daerah, tokoh masyarakat, komunitas penutur, lembaga adat, serta institusi pendidikan seperti sekolah.

Penulis: Astri | Editor: Petrus Bolly Lamak
TRIBUNSORONG.COM/ASTRI
REVITALISASI BAHASA TEHIT - Ketua Lembaga Masyarakat Adat Tehit Altius Y Thesia saat menghadiri pembukaan Bimtek Guru Utama Bahasa Tehit, Selasa (10/6/2025) di Aula Mratuwa Sesna, Sorong Selatan. 

TRIBUNSORONG.COM, TEMINABUAN - Upaya revitalisasi bahasa daerah tidak hanya menjadi tanggung jawab Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, tetapi juga melibatkan seluruh pemangku kepentingan. 

Baca juga: Pohon Rimbun di Tepi Jalan Ibu Kota Sorong Selatan Dipangkas, Warga Tak Lagi Waswas Melintas

Hal ini mencakup pemerintah daerah, tokoh masyarakat, komunitas penutur, lembaga adat, serta institusi pendidikan seperti sekolah.

Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Balai Bahasa Provinsi Papua Valentina Lovina Tanate dalam pembukaan Bimbingan Teknis (Bimtek) Guru Utama Bahasa Tehit yang berlangsung pada Selasa (10/6/2025) di Teminabuan.

Baca juga: Sapi Kurban dari Presiden Prabowo Diserahkan ke Masjid Al-Mukminin Sorong Selatan

Revitalisasi bahasa daerah merupakan bagian dari kebijakan Merdeka Belajar Episode 17 yang diluncurkan pada 22 Februari 2022. 

Program ini digagas sebagai respons atas kondisi sebagian besar bahasa daerah di Indonesia yang kini terancam punah atau berada dalam kondisi kritis.

Kali ini, Bahasa Tehit menjadi salah satu bahasa daerah yang mendapat perhatian untuk direvitalisasi. 

Baca juga: Peringati Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Bersih-bersih Sampah Plastik di Pasar Kajase Sorong Selatan

Bahasa ini merupakan salah satu dari banyak bahasa daerah di Indonesia yang menghadapi ancaman kepunahan.

Ketua Lembaga Masyarakat Adat Tehit Altius Y Thesia mengakui adanya penurunan jumlah penutur bahasa Tehit, khususnya di wilayah Teminabuan.

“Penurunan jumlah penutur bahasa Tehit disebabkan oleh beberapa faktor seperti perkawinan campur, migrasi penduduk, pengaruh lingkungan, serta minimnya penggunaan bahasa daerah dalam komunikasi sehari-hari di lingkungan keluarga,” ujar Altius kepada TribunSorong.com.

Ia menegaskan pentingnya keterlibatan masyarakat adat dalam kegiatan Bimtek Revitalisasi Bahasa Tehit guna membangkitkan kembali nilai-nilai bahasa yang hampir punah agar tetap bertahan di tengah dinamika perkembangan zaman.

Altius juga berharap program Bimtek ini dapat mendorong pemerintah daerah Sorong Selatan untuk memberikan dukungan dalam bentuk regulasi terhadap pelaksanaan perlindungan, pengembangan, dan pembinaan bahasa daerah. 

Baca juga: Jemaah Salat Idul Adha 1446 H di Lapangan Polres Sorong Selatan Membludak, Bupati Petronela Hadir

Ia menyarankan agar Bahasa Tehit dimasukkan sebagai mata pelajaran muatan lokal di sekolah.

“Itulah bentuk nyata implementasi Otonomi Khusus (Otsus) yang diharapkan. Otsus bukan hanya soal dana dan pembangunan fisik, tetapi juga menyangkut pendidikan dan pelestarian budaya di tanah Papua,” tambahnya.

Senada dengan hal itu, Wakil Bupati Sorong Selatan Yohan Bodory menyatakan bahwa Pemkab Sorong Selatan akan terus berupaya melestarikan bahasa daerah.

“Langkah ini dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mempertahankan, memelihara, dan mengembangkan bahasa daerah, serta menjunjung tinggi nilai-nilai jati diri,” kata Yohan.

Baca juga: Pasar Kajase Teminabuan Kian Sepi, Pendapatan Pedagang dan PAD Sorong Selatan Terancam

Program revitalisasi Bahasa Tehit akan difokuskan melalui pengembangan mata pelajaran muatan lokal, dengan sasaran utama para siswa di jenjang Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). (tribunsorong.com/astri)

Sumber: TribunSorong
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved