Pulau Doom, Pulau Bersejarah Di Kota Sorong Papua Barat Daya: Banyak Pohon Buah hingga Dilirik Belanda
TRIBUNSORONG.COM, SORONG - Pulau Doom, atau yang biasa disebut juga Pulau Dum oleh masyarakat asli setempat (suku Malamooi) memiliki arti pulau yang ditumbuhi banyak pohon buah.
Ini didasari karena banyak sekali tanaman buah-buahan yang tumbuh di pulau ini, terutama buah sukun yang paling mendominasi.
Pulau Doom tidak terlalu besar karena memiliki luas hanya sekitar 5 kilometer persegi dan dapat dikelilingi habis hanya dalam waktu 45 menit saja.
Pulau ini juga termasuk padat dan banyak ditinggali oleh para pendatang yang umumnya suku Jawa, Buton, Bugis, atau Toraja.
Keistimewaan Pulau Doom bukan pada kondisi geografis semata namun pulau ini memiliki nilai sejarah dari masa pendudukan Belanda.
Belanda telah melirik keberadaan pulau ini sejak tahun 1800-an kemudian sekitar tahun 1935 Pulau Doom dijadikan sebagai ibukota pusat pemerintahan Sorong yang disebut Onderafdeling.
Pada masa itu, Sorong sama sekali belum berbentuk kota, pusat kegiatan sepenuhnya berada di Pulau Doom.
Ini tentu saja membuat Doom lebih dulu mendapat aliran listrik, infrastruktur dan berbagai fasilitas dibandingkan Sorong daratan.
Jadi Tribuners, tidak heran bila pada saat itu Pulau Doom lah yang paling bersinar diantara tempat-tempat lain di perairan Sorong.
Oleh karena terang cahaya itu, masyarakat setempat juga menyebut Pulau Doom dengan sebutan pulau bintang.
Tidak hanya Belanda, Jepang pun pernah merasakan tinggal di pulau ini.
Pada masa perang dunia ke dua, Jepang menjadikan Pulau Doom sebagai basis pertahanan mereka di wilayah perairan Hollandia (Jayapura).
Tentara Jepang banyak membuat gua-gua yang saling terhubung dengan banyak bunker-bunker pertahanan ala strategi perang Jepang kala itu.
Oleh sebab itu, tidak aneh bila saat ini kita akan menemukan banyak sekali gua-gua peninggalan Jepang tersebar luas di wilayah daratan Pulau Doom.