Keberadaaan Belanda dan Jepang ini tentu saja memunculkan sebuah kondisi khusus bagi Pulau Doom di masa sekarang ini.
Tribuners jika anda pertama menjejakkan kaki di pulau ini, aura sejarah sudah sangat terasa sekali.
Bangunan-bangunan di pulau Doom memiliki arsitektur yang sangat berbeda dengan wilayah Papua manapun, termasuk kota Sorong.
Biasanya rumah masyarakat Papua pada umumnya berbentuk rumah panggung dan dibuat dari kayu, namun di Pulau Doom kita akan menyaksikan rumah-rumah khas Belanda dengan konstruksinya yang terkenal kuat dan tersusun rapih.
Berbagai peninggalan fasilitas Belanda seperti Gardu Listrik, Gereja dan Gedung Serba Guna pun masih dapat dijumpai berdiri kokoh.
Hal unik lainnya adalah keberadaan alat transportasi berupa becak yang banyak berlalu-lalang di pulau ini.
Hebatnya, becak hanya ada di pulau ini saja dan tidak menyebar hingga ke kota Sorong.
Menurut seorang tukang becak, keberadaan becak ini dibawa oleh beberapa transmigran yang dahulu memutuskan untuk tinggal di Pulau Doom.
Kondisi ini akhirnya berkembang dan menjadikan becak sebagai alat transportasi utama di pulau indah ini.
Selain becak, juga terdapat motor dan sepeda sebagai alat transportasi.
Sedangkan untuk menghubungkan Doom dengan Sorong masyarakat umumnya mengandalkan kapal motor atau kapal nelayan.
Hingga saat ini keberadaan Pulau Doom masih dikenal luas.
Bahkan, bagi sebagian veteran tentara Belanda yang pernah bertugas di Pulau ini, Doom akan selalu menarik untuk dikunjungi.
Banyak sekali wisatawan asing khususnya warga Belanda dan Jepang yang secara tersendiri datang ke Pulau Doom hanya untuk mengenang masa lalu dan berkeliling mengingat nostalgia keberadaan mereka di tempat ini.
Pulau cantik dan alam indah dengan pesona sejarah ini kiranya masyarakat pendatang yang baru menempati pulau ini pun mempunyai kesadaran untuk melestarikan harta sejarah tak ternilai Pulau Doom.
(tribunsorong.com/misael membilong).