BP3OKP di Papua Barat Daya

BP3OKP Papua Barat Daya Kunker ke Sorong Selatan, Program SSH Wujud Keberhasilan Amanat Otsus

Editor: Jariyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana audiensi BP3OKP Perwakilan Provinsi Papua Barat Daya dengan Pemkab Sorong Selatan yang merupakan rangkaian kunjungan kerja (kunker) dalam rangka tugas sinkronisasi, harmonisasi, evaluasi, dan koordinasi (SHEK) di Resto Sagoe, Hotel Mratuwa Sesna, Teminabuan, Jumat (19/7/2024).

Tim tersebut berasal dari kementerian dan lembaga, di antaranya Bappenas, Kementerian Keuangan, badan pengawas, serta akademisi dan dari orang-orang Papua hebat.

“Kami berharap ke depanya pembangunan se-Tanah Papua bisa terarah dan terukur serta capaianya lebih jelas,” ucap Otto.

Lebih lanjut mantan Bupati Sorong Selatan ini mengatakan, 20 tahun lalu otsus dan pembangunanya sudah berjalan, namun belum terukur.

Dari anggaran yang digelontorkan, alokasinya untuk pembangunan bidang pendidikan serta kesehatan, namun belum bisa diukur, sehingga parameter atau acuan akan dipersiapan.        

Menurut Otto, program unggulan sekolah sepanjang hari (SSH) di Sorong Selatan telah  menjadi role model di Tanah Papua.

Baca juga: Dinas Pendidikan Sorong Selatan Optimis Program Sekolah Sepanjang Hari Turunkan Angka Putus Sekolah

Sebagai informasi, data dari Badan Pusat Statistik tercatat sekitar 620 ribu anak usia sekolah di Tanah Papua tidak sempat mengeyam pendidikan.

Melalui SSH ini, anak-anak yang putus sekolah bisa melanjutkan lagi sekolahnya.

“Ini merupakan tugas negara yang mana Bupati maupun Sekda Sorong Selatan telah menganggarkan dana besar untuk mencegah putus sekolah melalui SSH. Program telah dievaluasi oleh BPKP, BPK yang mana direkomendasikan agar dilanjutkan pada 2024 untuk SD Maranatha Teminabuan.

“Ini merupakan modifikasi dari proses pendidikan berpola asrama karena SSH dimodifikasi menggunakan konteks lokal Papua,” ucapnya.

Baca juga: Pemkab Sorsel Luncurkan Intervensi Serentak Cegah Stunting

Otto menyatakan, jika diskusikan di tingkat nasional disebut dengan program yang memilki kearifan lokal.

Pelaksanaannya turut memberdayakan masyarakat setempat, mulai dari juru masak adalah warga setempat, kemudian makanan berasal dari hasil bumi kampung setempat seperti udang dan kepiting, sayuran maupun papeda sebagai pengganti beras.

Bahan baku itu diolah menjadi menu yang dikonsumsi siswa dalam program SSH.

Selain itu, sarana prasarana air bersih seperti mandi cuci kakus (MCK), dapur umum , maupun fasilitas lainnya juga dibangun.

Baca juga: Survei Akreditasi Puskemas Wayer Sorong Selatan, Tingkatkan Kinerja dan Mutu Layanan Kesehatan

Dalam SSH juga diterapkan pembentukan karakter sebelum belajar, yakni diawali berdoa.

“Para siswa disiapkan makan tiga kali sehari sehingga secara tidak langsung akan menurunkan angka stunting,” ujar Otto.

Halaman
123