TRIBUNSORONG.COM, TEMINABUAN - Sebanyak 3.000 jiwa masyarakat adat suku Afsya yang bermukim di Kampung Bariat, Distrik Konda, Kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat Daya, terancam digusur gegara konsesi sawit.
Berdasarkan informasi yang dihimpun oleh TribunSorong.com, terdapat dua perusahaan yang ingin masuk dan melakukan eksisting di wilayah itu sejak tahun 2013 hingga 2020 lalu.
Baca juga: 67 Tahun Suku Afsya Distrik Konda Krisis Air Bersih, Begini Kata Wabup Sorong Selatan
Marthen Kareth (63) seorang tokoh adat suku Afsya Sorong Selatan mengatakan, tanah adat suku Afsya seluas 3.307,717 hektare ini sudah lama menjadi target dua perusahaan sawit.
"Leluhur sudah bermukim sejak tahun 1958 di sini, dan tiba-tiba ada yang baru mau kapling tanah adat tanpa seizin kami," ujar Marthen kepada TribunSorong.com, Senin (28/4/2024).
Ia menuturkan, sejak pemerintahan Belanda yang berkuasa di wilayah Papua termasuk di tanah adat suku Afsya, leluhurnya sudah ada dan kerja di perusahaan Negeri Kincir Angin.
Kendati demikian, sejak tahun 2013 lalu ada utusan dari dua perusahaan yakni PT Persada Utama Agro Mulyo dan PT Anugrah Sakti Internusa ingin masuk buka konsesi sawit.
"Kita punya tanah leluhur ini sudah dua kali yakni 2013 dan 2020 ada yang mau datang, sampai sudah banting meter di tanah adat Afsya buat dijadikan konsesi sawit," katanya.
Baca juga: Menuju Opini WTP, Pemkab Sorong Selatan Dorong Transparansi Pelayanan
Sejak awal, warga juga tak tahu perihal adanya orang yang masuk dan petakan tanah adat suku Afsya, namun belakangan terungkap ada oknum TNI serta pegawai masuk di Konda.
Ia mengaku, sempat ada pertemuan di Kantor Distrik Konda guna membahas konsesi lahan adat Afsya yang akan beralih jadi hutan sawit, namun muncul bentrok warga dan petugas.
"Saya sudah sampaikan pada tahun 2020 lalu saat pertemuan, waktu itu saya dan warga lain dari Suku Afsya siap mempertaruhkan nyawa kami demi membela tanah leluhur," tegasnya.
Pasalnya, tanah seluas 3.307,717 hektare ini sudah menjadi benteng terakhir bagi warga suku Afsya, dan rumah bagi ribuan sagu yang hidup di atas tanah seluas 2.500 hektare.
"Selama ini dari tanah adat kami ada banyak dusun sagu yang menjadi makanan khas kami, dan di negeri ini ada satwa endemik," jelasnya.
Baca juga: Bupati Sorong Selatan Ajak Perempuan Jadikan Semangat Kartini Sebagai Energi Pembangunan
Ia menegaskan, tanah yang menjadi benteng bagi leluhur dalam menjalankan kehidupan, segala hal akan tersedia termasuk cadangan pangan dan obat-obatan di atas tanah Afsya.
"Kami sudah komitmen kalau mau ambil tanah adat kita buat dijadikan lahan sawit, lebih baik bunuh seluruh generasi kami sampai punah di atas negeri ini baru diambil tanah," ucapnya.
Baca juga: Bupati Sorong Selatan Serahkan SK CPNS dan PPPK ke 1.125 Orang
Ia berharap, persoalan ini bisa segera dibicaki oleh pemerintah Kabupaten Sorong Selatan, sehingga dikemudian hari tak jatuh korban.